Rusia Nilai Pengusiran Massal Diplomatnya Sebagai Aksi Provokatif

Inakoran

Wednesday, 28-03-2018 | 00:02 am

MDN
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov [ist]

Moskow, Inako

Kementerian Luar Negeri Rusia mengecam langkah yang dilakukan negara anggota Uni Eropa (UE) dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (Nato) yang mengusir para diplomat Rusia.

"Kami menyatakan protes keras atas langkah yang menurut kami merupakan aksi provokatif," kata Kemenlu Rusia seperti dilansir AFP Senin (26/3/2018).

Kremlin menyindir UE dan Nato yang disebut mereka hanya menuruti Inggris. Dalam pandangan Rusia, sikap Inggris sangat munafik, bias, dan tidak mengedepankan asas praduga tak bersalah.

Menurut Rusia, seperti yang dilansir Russian Today, pihaknya telah berkali-kali meminta kepada Inggris agar bersedia mengirimkan sampel senyawa kimia yang menjadi senjata percobaan pembunuhan terhadap mantan agen ganda.

Rusia mengklaim bahwa hinggga saat ini, Inggris tidak pernah merespon permintaan mereka. "Langkah tidak bersahabat ini akan segera kami balas," kata kemenlu.

Hal yang sama juga ditegaskan oleh Senator Rusia Vladimir Dzhabarov. Ia mengatakan bahwa langkah Amerika Serikat (AS) mengusir 60 diplomat Rusia, terutama 12 staf Rusia di PBB adalah ilegal.

Karena itu, dia menyerukan agar Negeri "Beruang Merah" melakukan langkah serupa dengan mengusir diplomat AS dari Moskwa.

"PBB adalah organisasi internasional, dan tidak berada di bawah yurisdiksi AS. Sangat jelas kami bakal melakukan hal yang sama kepada mereka," kecam Dzhabarov.

Sebelumnya, Presiden UE Donald Tusk mengumumkan, sebagai hasil kesepakatan pekan lalu, 14 negara UE bakal mengusir 30 diplomat Rusia dari negeri mereka. Jerman, Perancis, dan Polandia menjadi negara terbanyak dengan masing-masing mengusir empat orang diplomat.

Kemudian Ukraina menyusul dengan mengeluarkan 13 orang diplomat Rusia. Adapun di kawasan Amerika Utara, AS menjadi negara terbanyak melalui pengusiran 60 orang. Rinciannya, 48 orang harus angkat kaki dari Washington, sedangkan sisanya diusir dari markas besar PBB di New York.

 

 

 

KOMENTAR