Setara Institute: Sejumlah Masjid Menebarkan Faham Radikalisme

Inakoran

Tuesday, 05-06-2018 | 22:46 pm

MDN
Peneliti Setara Institute, Sudarto [ist]

Jakarta, Inako – 



Mengejutkan. Radikalisme dan intoleransi diduga bersumber dari sejumlah rumah ibadah yang ada di kompleks perumahan, kampus kantor pemerintah.

Dugaan itu didasari hasil penelitian yang dilakukan Setara Institute beberapa bulan lalu di sejumlah masjid di Kota Depok dan Bogor. Setara Isntitute melakukan penelitian sekitar bulan Agustus hingga Oktober tahun 2017 lalu.

Hasil penelitian itu mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, sebagian besar masjid di kawasan Universitas Indonesia (UI) dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Hidayatullah menyebarkan ajaran radikal kepada jemaat yang mengikuti pengajian itu.

Peneliti Setara Institute, Darto menyebutkan, di kota Depok terdapat sekitar 529 masjid dan 927 musala. Jumlah itu terdiri dari masjid pemerintah atau BUMN, masjid donasi individu, masjid umum di perumahan dan masjid kampus.

"Saya ikut pengajian itu memakai celana cingkrang dengan jenggot yang panjang, supaya bisa masuk, karena sempat ada beberapa pengajian yang mengatakan kegiatan hanya untuk internal," kata Sudarto saat diskusi di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Sudarto mencatat narasi pengajian di setiap masjid yang ia kunjungi. Ia juga melakukan wawancara dengan ustadz dan jamaah pengajian. Ada sekitar 20 orang yang diwawancarai Sudarto.

Menurut Sudarto, ada dua macam masjid di perumahan, yaitu masjid yang dibangun masyarakat secara swadaya di perkampungan dan masjid yang dibangun di lingkungan perumahan.

Masjid swadaya masyarakat di perkampungan bercorak ajaran NU dan Muhammadiyah dengan materi taqwa, ibadah dan pembangunan bangsa. Meski terkadang terdapat narasi yang berhubungan dengan tema politik sepanjang tahun 2016 sampai 2017.

"Sedangkan masjid di lingkungan perumahan, mengembangkan narasi seruan jihad. Tema-tema perang yang mengobarkan semangat jamaah dan tentu saja hasutan-hasutan kebencian terhadap kelompok lain yang tidak sejalan," kata Sudarto.

[caption id="attachment_30878" align="alignleft" width="500"] Ilustrasi [ist][/caption]Selain masjid di perumahan, bakal radikalisme dan intoleransi muncul dari masjid kampus. Sudarto mencontohkan salah satu kelompok agama yang bernama Depok Islamic study Circle (DISC).

Kelompok itu membagi pengajian dalam dua kategori, yaitu umum dan eksklusif anggota.

"Dalam situs DISC, ada gambar otak dengan ulat serta lalat yang disimpulkan sebagai otak Jaringan Islam Liberal (JIL) yang harus dilawan. Mereka juga menganggap Ahmadiyah, Syiah, LGBT dan komunisme sebagai musuh Islam," kata Sudarto.

Sudarto menilai Pemerintah Kota Depok tidak memiliki program atau anggaran khusus tentang deradikalisasi dan menganggap program tersebut hanya menjadi kewenangan pemerintah pusat.

 

 

KOMENTAR