Tanggapan Dirut KCIC Terkait Klaim Kerugian WIKA Akibat Proyek Whoosh
Jakarta, Inakoran
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Dwiyana Slamet Riyadi, merespons klaim PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) yang menyatakan mengalami kerugian karena proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau yang dikenal dengan nama Whoosh. Menurut Dwiyana, dalam proyek tersebut, WIKA berperan sebagai salah satu kontraktor yang tergabung dalam konsorsium pembangunan infrastruktur kereta cepat.
"Yang penting kalau di KCIC, WIKA itu sebagai kontraktor. Artinya, semua penagihan dari kontraktor harus mengikuti semua klausul yang ada di kontrak EPC (Engineering, Procurement, and Construction)," ujar Dwiyana di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (24/7/2024).
Dwiyana menekankan bahwa setiap proses dalam proyek harus menganut tata kelola yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Mengenai klaim kerugian dari WIKA, Dwiyana memilih untuk tidak berkomentar lebih lanjut dan menyarankan agar hal tersebut ditanyakan langsung kepada pihak WIKA. "Saya pikir tanyakan ke WIKA saja," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, menambahkan bahwa kejadian ini terjadi ketika WIKA masih berstatus sebagai kontraktor. "Itu waktu kontraktor," katanya singkat.
BACA JUGA:
Rupiah Kembali Tertekan: Bertengger di Posisi Rp 16.284/USD
Garuda Indonesia Tawarkan Diskon Tiket Hingga 80%
KAI Pinjam Dana Dari China Untuk Bayar Kontraktor Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Uji Coba Gratis Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Buruan Daftar!
Sebelumnya diberitakan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh dianggap menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan kerugian besar yang dialami PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) pada tahun buku 2023.
Sepanjang tahun 2023, WIKA mencatat kerugian sebesar Rp 7,12 triliun, meningkat drastis dibandingkan kerugian pada tahun 2022 yang sebesar Rp 59,59 miliar. Kerugian ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kerugian yang dialami oleh BUMN karya lainnya, seperti PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang mencatat rugi Rp 3,77 triliun pada tahun 2023.
Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, mengidentifikasi dua faktor utama penyebab pembengkakan kerugian, yaitu beban bunga dan beban lain-lain. Beban bunga meningkat akibat penerbitan surat utang (obligasi) untuk membiayai mega proyek Kereta Cepat Whoosh.
Selain itu, WIKA juga menanggung beban provisi dan beban administrasi dari utang yang diperoleh. “Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat,” jelas Agung saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI, dikutip pada Jumat (12/7/2024).
Agung mengungkapkan bahwa WIKA telah menyetor modal sebesar Rp 6,1 triliun ke proyek Kereta Cepat Whoosh melalui PSBI. “Penyertaannya saja sudah Rp 6,1 triliun untuk konsorsium Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Kemudian, yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga hampir Rp 12 triliun,” bebernya.
Dana yang disetorkan ke konsorsium diperoleh melalui penerbitan utang, sehingga perusahaan harus menanggung beban bunga yang tinggi. "Untuk memenuhi uang ini, mau tidak mau WIKA harus melakukan pinjaman melalui obligasi," ungkap Agung.
KOMENTAR