Rupiah Kembali Tertekan: Bertengger di Posisi Rp 16.284/USD

Sifi Masdi

Friday, 26-07-2024 | 10:15 am

MDN
Rupaih Vs Dolar AS [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Nilai tukar rupiah kembali mengalami tekanan pada perdagangan Jumat pagi, 26 Juli 2024. Pada pukul 09.11 WIB, rupiah spot dibuka pada level Rp 16.284 per dolar Amerika Serikat (USD), melemah sebesar 0,21% dibandingkan dengan sehari sebelumnya yang berada di posisi Rp 16.250 per dolar AS.

 

Di kawasan Asia, pelemahan rupiah menjadi yang terdalam dengan penurunan sebesar 0,21%. Pelemahan ini diikuti oleh won Korea yang turun 0,08% dan ringgit Malaysia yang melemah 0,01% terhadap dolar AS.

 

Berbeda dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia lainnya justru menguat terhadap dolar AS. Peso Filipina mencatat penguatan terbesar sebesar 0,21%, diikuti oleh yen Jepang yang naik 0,15%. Selanjutnya, yuan China menguat 0,12%, baht Thailand naik 0,10%, dolar Taiwan meningkat 0,08%, dan dolar Singapura naik tipis sebesar 0,02% terhadap dolar AS.

 


 

BACA JUGA:

Rupiah Kembali Melemah: Berada di Posisi Rp 16.246/USD

Rekomendasi Saham Akhir Pekan: Jumat, 26 Juli 2024

GOTO  Bakal Tarik Kembali Saham Treasuri Sebanyak  10,26 Miliar 

Kapan Sebaiknya Jual Saham?

 


 

Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia tercatat berada di level 104,29, turun dari posisi sehari sebelumnya yang berada di 104,35. Penurunan ini menunjukkan bahwa meskipun rupiah melemah, dolar AS secara keseluruhan juga mengalami sedikit pelemahan terhadap mata uang utama lainnya.

 

 

 

Pelemahan rupiah ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam negeri maupun eksternal. Faktor eksternal seperti penguatan dolar AS dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu seringkali memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah. Selain itu, faktor internal seperti inflasi dan kondisi politik juga dapat berperan dalam melemahkan mata uang ini.

 

Namun, tidak semua berita buruk bagi Asia. Penguatan mata uang-mata uang lainnya menunjukkan bahwa ada optimisme di pasar Asia yang bisa menjadi sinyal positif bagi ekonomi regional.

 

 

KOMENTAR