Rupiah Kembali Melemah: Berada di Posisi Rp 16.246/USD

Sifi Masdi

Thursday, 25-07-2024 | 11:10 am

MDN
Rupaih Vs Dolar AS [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali melemah dan dibuka pada level Rp16.247 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (25/7/2024). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah turun sebesar 0,20% atau 32 poin dari posisi sebelumnya. Sementara itu, indeks dolar terpantau melemah 0,07% ke level 104.045.

 

Di kawasan Asia, pergerakan mata uang bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat sebesar 0,67%, dolar Hong Kong naik 0,01%, dan yuan China menguat 0,01%. Di sisi lain, beberapa mata uang melemah, termasuk dolar Singapura yang turun 0,04%, won Korea sebesar 0,46%, peso Filipina melemah 0,14%, rupee India sebesar 0,02%, ringgit Malaysia sebesar 0,02%, dan baht Thailand sebesar 0,16%.

 

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan mata uang rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.200 hingga Rp16.250 per dolar AS pada hari ini.

 


 

BACA JUGA: 

Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 25 Juli 2024

Harga Saham ARTO Mengikuti GOTO: Terus Menanjak

Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu, 24 Juli 2024

Cristiano Ronaldo dan Georgina Rodriguez Rayakan Offseason Bersama Anak-anak Mereka di Atas Kapal Pesiar Bernilai Jutaan Dolar

 


 

Menurut Ibrahim, sebagian pelaku pasar masih bias terhadap dolar AS di tengah ketidakpastian politik Amerika Serikat pasca Joe Biden mundur dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris untuk melawan Donald Trump.

 

 

 

Di Asia, perhatian tertuju pada Bank of Japan (BoJ) yang akan menetapkan suku bunga pada 31 Juli 2024. Sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan BoJ akan mempertahankan suku bunganya pada pertemuan tersebut, setelah kenaikan terakhir pada Maret 2024 ke kisaran 0%-0,1% dari -0,1%.

 

Pasar China mengalami penurunan berkepanjangan dalam beberapa sesi terakhir akibat sentimen negatif terhadap negara tersebut. Data perekonomian yang mengecewakan, terutama pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan pada kuartal kedua, turut membebani pasar.

 

"Ketidakpastian mengenai pemilihan presiden AS juga membebani sentimen terhadap China, karena para investor berspekulasi mengenai dampak perubahan dalam pemerintahan AS terhadap sikap Washington terhadap negara tersebut," jelas Ibrahim dalam riset yang dikutip pada Kamis (25/7/2024).

 

Dari dalam negeri, pasar terus memantau kondisi utang pemerintah yang membengkak dan sudah berada dalam posisi tidak aman. Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu), posisi utang pemerintah pada Mei 2024 mencapai Rp8.353,02 triliun. Rasio utang pemerintah terhadap pendapatan saat ini sudah mencapai 300%, lebih tinggi dibandingkan posisi pada 31 Desember 2023 yang sebesar 292,6%.

 

KOMENTAR