Tunda Impor Kapal Utuh, Berdayakan Galangan Kapal Negeri

Hila Bame

Wednesday, 10-10-2018 | 11:30 am

MDN
ilustrasi

 

Jakarta, Inako

Transportasi darat, laut dan udara menjadi  penting bagi hampir setiap negara di dunia, termasuk Indonesia dengan banyak pulau yang menjadi ciri khas negaranya. 

Indonesia memiliki ribuan pulau dan wilayah laut yang luas maka kebutuhan transportasi laut menjadi kian penting untuk mobilitas manusia, barang dan jasa. 

Transportasi laut juga diyakini efesien dalam perdagangan barang dan jasa, namun demikian kebutuhan kapal tentu semakin banyak dan produsen kapal dari negara maju seperti Eropa menjadikan Indonesia sebagai pasar maritim paling potensial.

Karena itu pelaku industri galangan kapal mengajukan permohonan moratorium impor kapal kepada pemerintah. Permohonan guna mendukung tumbuhnya industri galangan kapal negeri.

Ikatan Perusahaan Industri Kapal Dan Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) mengajukan permohonan moratorium kapal bekas kepada pemerintah. Menurut Sekjen Iperindo Askan Naim, permohonan tersebut dapat memulihkan kondisi industri pembangunan kapal yang masih lesu pesanan.

Askan menilai, impor kapal bekas turut mempengaruhi industri pembangunan kapal dalam negeri karena kapal bekas dibanderol harga yang lebih murah. Kondisi yang lesu membuat industri galangan kapal dalam negeri masih bergantung dari reparasi kapal, bukan pembangunan.

Data Iperindo menunjukkan, sejak 2006 sekitar 10.000 kapal utuh masuk ke Indonesia dengan nilai mencapai Rp100 triliun. Hal tersebut menunjukkan Indonesia merupakan pasar industri maritim. Askan menilai besarnya potensi pasar di Indonesia itu harus mampu dipenuhi industri galangan kapal dalam negeri.

"Indonesia harus berani mengambil keputusan [moratorium] itu. Dengan membatasi impor kapal bekas maupun kapal-kapal baru yang ukurannya sudah bisa diproduksi dalam negeri, maka industri galangan dalam negeri itu bisa tumbuh," tutur Askan  Senin (8/10/2018). 

 

KOMENTAR