Turki Serbu Kurdi di Timur Laut, Trump Tawarkan Diri Jadi Penengah

Binsar

Friday, 11-10-2019 | 09:00 am

MDN
Donald Trump tawarkan diri jadi penengah konflik antara Turki dan Kurdi [ist]

Washington, Inako

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menawarkan diri menjadi penengah antara Ankara dengan Kurdi menyusul serangan militer Turki ke Suriah Utara, markas pasukan SDF Kurdi.

 

Serangan militer Turki ke Suriah Timur dilakukan tidak lama setelah pasukan Amerika Serikat (AS) ditarik dari wilayah itu beberapa waktu lalu.

Menanggapi serangan itu, Donald Trump mengatakan bahwa AS memiliki tiga opsi terkait serangan itu.

"Kami memiliki satu dari tiga pilihan: Kirim ribuan pasukan dan menangkan secara militer, pukul Turki sangat keras secara finansial dan dengan Sanksi, atau menengahi kesepakatan antara Turki dan Kurdi!" kata Trump.

Kepada media di gedung putih, Trump berharap AS bisa menengahi kontrontasi keduanya.

"Saya harap kita bisa menengahi. Turki harus tahu di mana aku berdiri," imbuhnya seperti dikutip dari Al Jazeera, Jumat (11/10/2019).

Trump mengatakan dia tidak berpikir orang Amerika ingin melihat militer AS dikirim kembali ke wilayah tersebut.

 

Konvoi kendaraan perang Turki menuju Suriah Utara markas pasukan Kurdi [ist]

 

"Kami mungkin akan melakukan sesuatu yang sangat sulit sehubungan dengan sanksi dan hal-hal keuangan lainnya," kata Trump tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Trump memerintahkan pasukan AS untuk mundur setelah pembicaraan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoganon pada Minggu (6/10/2019). Keputusannya mendorong kecaman dari tokoh senior di Partai Republik sendiri yang menuduhnya meninggalkan sekutu setia AS - Pasukan Demokrat Suriah (SDF). SDF telah menjadi sekutu utama pasukan AS di Suriah dalam pertempuran melawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sejak 2014.

SDF dipimpin oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), yang Turki anggap sebagai kelompok "teroris".

Trump sendiri menyebut serangan Turki sebagai "ide buruk" dan mengatakan ia tidak mendukungnya. Ia juga mengancam akan menghancurkan ekonomi sekutunay di NATO itu jika operasi Ankara menyapu bersih populasi Kurdi di Suriah timur laut.

KOMENTAR