Vietnam Ketiban Rejeki dari Perang Dagang AS-China
Jakarta, Inako
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China berkobar lebih dari setahun. Beberapa ekonom dari bank investasi Jepang Nomura menemukan bukti bahwa sepanjang periode itu, kedua negara telah saling menurunkan impor beberapa produk demi menghindari bea masuk yang tinggi.
Sebagai gantinya, para importir di kedua negara tersebut membeli barang yang sama dari lokasi lain yang tidak dikenai bea impor, menurut ekonom-ekonom itu dalam sebuah laporan.
Sejauh ini, Vietnam menjadi negara yang paling diuntungkan dari peralihan aliran perdagangan itu. Negara Asia Tenggara tersebut meraup sekitar 7,9% dari produk domestik brutonya (PDB) dari bisnis-bisnis baru tersebut, menurut Nomura sebagaimana dikutip dari CNBC International, Rabu (5/6/2019).
"Ketika saling balas kenaikan bea impor terjadi antara AS dan China, biaya impor dari masing-masing negara juga naik," tulis para ekonom dalam laporan tertanggal 3 Juni itu.
"Beberapa eksportir di AS dan China mungkin bersedia untuk menyerap sebagian dari biaya akibat kenaikan bea impor ke dalam margin labanya, dan beberapa perusahaan multinasional dapat memilih untuk mengalihkan produksi, namun literatur perdagangan menunjukkan bahwa seiring waktu, respons terbesar adalah pengalihan perdagangan," lanjutnya.
AS sejauh ini telah mengenakan bea impor 25% terhadap produk-produk China senilai US$250 miliar dan Presiden Donald Trump telah mengancam akan menerapkan bea masuk serupa terhadap sisa impor dari China bernilai US$325 miliar.
Sebagai balasannya, Beijing juga menaikkan bea impor terhadap berbagai produk AS senilai US$60 miliar.
Perang dagang itu berakibat pada menurunnya jumlah barang yang diimpor dari dan oleh kedua negara, terutama produk-produk yang terkena bea masuk lebih tinggi, kata Nomura.
Selain Vietnam, negara-negara lain yang juga diuntungkan oleh perang tarif impor itu adalah Taiwan, Chile, Malaysia, dan Argentina, menurut bank tersebut.
Vietnam dan Taiwan mendapat keuntungan sebagian besar dari tambahan ekspor ke AS sementara Chile, Malaysia, dan Argentina mampu menjual lebih banyak produk ke China, kata Nomura.
TAG#Perang Dagang, #Vietnam, #Impor, #Ekspor
188642449
KOMENTAR