Debat Capres: Ajang untuk Mengukur Kadar Intelektual Kandidat dan Momen Pemilih Tentukan Pilihan

Saverianus S. Suhardi

Tuesday, 12-12-2023 | 17:40 pm

MDN
Arif Tandang [Foto: dokumen pribadi]

Jakarta, Inakoran.com

Komisi Pemilihan Umum (KPU) menyelenggarakan lima kali debat untuk calon presiden dan wakil presiden.

Debat ini diharapkan bukan sekadar momen untuk memaparkan visi dan misi, melainkan lebih dari pada itu ada pertarungan gagasan yang substansial. 

Hal itu disampaikan oleh alumnus Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero, Arif Tandang

BACA JUGA: Aktivis 98: Saya Nggak Habis Mikir, Dulu Mereka Berdarah-darah, Kok Sekarang Dukung Prabowo?

“Yang paling mendasar, tentu berharap ada pertarungan gagasan yang betul-betul substansial, bukan sekadar pemaparan visi misi,” ujar Arif saat dimintai keterangan pada Selasa (12/12/2023). 

Menurut Arif, pertarungan gagasan dalam debat capres penting dilakukan untuk mengukur kadar intelektual setiap kandidat yang akan berkontestasi. 

“Ini penting untuk mengukur kadar intelektual para calon; sejauh mana jangkauan pengetahuan tentang tema yg diusung, bagaimana penerapannya, seperti apa realitas yang terjadi di masyarakat akar rumput, jika bermasalah, apa solusi yang paling jitu, dan sebagainya,” terangnya. 

Selain itu,  mantan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) IFTK Ledalero itu menilai debat capres juga menjadi momen bagi pemilih untuk menentukan pilihan. 

“Proses atau hasil debat malam ini tentu bisa berdampak pada aspek keterpilihan calon. Bisa saja pemilih semakin mantap dengan pilihan calonnya, bisa juga beralih. Lalu, mengenai pemilih yg masih ragu tentukan pilihan, panggung debat, menurut saya, bisa menjadi ajang penentuan” tandas Arif. 

Namun, dia mengingatkan debat capres-cawapres dilakukan sebanyak lima kali dengan tema yang berbeda. Debat pertama tidak serta merta membuat pemilih akan langsung memantapkan pilihan. 

“Mereka masih akan menunggu apakah elaborasi-elaborasi tentang tema lain pada debat berikutnya masih dapat ditampilkan secara maksimal dan argumentatif.”

KOMENTAR