Gus Muhaimin, Yeni Wahid dan Pertaruhan Moralitas Politik PBNU

Oleh: H. Adlan Daie [Pemerhati politik dan sosial keagamaan]
Saling "sindir" antara Gus Muhaimin dan Ning Yeni Wahid di platform media sosial "twitter" tentang PKB, makin "vulgarnya" relasi tidak hamonis PBNU dan PKB, leluasanya Erick Thohir, menteri BUMN "menari nari" di panggung besar PBNU dan terakhir status tersangka bendahara umum PBNU dalam dugaan pidana korupsi - meskipun secara kasus tidak terkait dengan PBNU - adalah sejumlah fenomena politik mutakhir yang sungguh sungguh mengganggu suasana kebatinan publik dan warga NU di level akar rumput.
Perseteruan masa lalu terkait eksistensi PKB tidak ada guna dan tidak ada manfaatnya untuk diputar ulang.
PBNU tidak perlu "bersiasat" dengan cara "rumit" untuk menjelaskan "khittah" NU karena pilihan "khittah" adalah pilihan politik terkait konteks "illat" atau "sebab" bagi maslahat dan mafsadat NU sejalan dengan spirit jamannya.
Karena itu memberi supporting moral bagi jalan perjuangan politik PKB jauh lebih maslahat bagi masa depan warga NU, umat dan bangsa.
Sebaliknya melemahkan posisi politik PKB - apapun motifnya - apalagi merusak mesin politiknya dari dalam hakekatnya adalah melemahkan posisi politik NU sendiri dalam perjuangan politik.
Gestur politik PKB 100% gestur politik NU baik "mabda' siasy", yakni prinsip dasar politik maupun orientasi perjuangan politiknya.
Itulah makna relasi historis, ideologis dan aspiratif antara NU dan PKB. PKB tak bisa tergantikan oleh partai politik manapun untuk mewakili gestur politik NU.
Baca juga
Cewe Cantik Ini Jadi Calon Haji Termuda, Bikin Haru, Orangtuanya sudah Meninggal
Kepemimpinan Gus Muhaimin sebagai ketua umum PKB ibarat pengemudi mobil sudah tepat melaju ke depan dengan konsentasi melihat kaca depan, tidak sibuk melihat kaca spion menoleh ke belakang.
Ibarat mobil PKB harus dirawat bersama bukan dirusak mesin politiknya dari dalam. Ibarat mobil yang sedang melaju kencang jangan ada pikiran "mengganggu supir" PKB karena hasilnya pasti "mudlorot" bagi PKB.
Mudlorot PKB adalah mudlorot bagi NU dan mudlorot NU dampaknya pasti mudlorot bagi "warga NU".
Gus Muhaimin, Ning Yeni Wahid dan Gus Yahya (ketua umum PBNU sesungguhnya memiliki sprit yang sama dalam "menghidupkan gusdur".
Perspektif KH. Imam Jazuli, pengasuh pesantren "bina insan mulia" Cirebon dalam tulisannya di "tribunnews" (10/11/2021) bahwa "menghidupkan gusdur" adalah meletakkan Gusdur sebagai gagasan hidup idealisme kebangsaan dan anti diskriminasi sungguh tepat.
Menghidupkan Gusdur tidak dipersempit dalam bentuk puja puji "kultus individu" secara genetical biologis yang justru mempersempit "legacy Gusdur" sendiri.
Baca juga
KH. Abun Bunyamin, Profil Kiai & Entreprenuer dari Purwakarta Jawa Barat
Dalam konteks di atas itulah Gus Muhaimin, Ning Yeni Wahid dan PBNU - ketiganya harus saling menguatkan "menghidupkan Gusdur" dalam definisi di atas di jalur perjuangan masing masing bukan berkonfrontasi di ruang publik dan saling "meniadakan".
Justru disinilah titik lemah politik NU selama ini meskipun dengan jumlah jamaah sangat besar akan tetapi "wibawa politiknya" belum mampu hadir menjadi bintang penuntun arah kiblat bangsa yang diikuti komponen bangsa lainnya di luar NU. Itulah sesungguhnya pertaruhan moralitas politik PBNU.
Bagi Gus Muhaimin sendiri sebagai nakhoda kekuatan politik praktis NU dalam konteks menjelang pileg dan pilpres 2024 tentu penting untuk mengokohkan diri dalam pilihan grand desain politik PKB.
Perangkat SDM dibawahnya berfungsi menjadi "jubir" menguatkan narasi dan diksi politik PKB dan Gus Muhaimin secara artikukatif, tajam dan meyakinkan. Tidak "kedodoran" dan "keteteran" dalam berkontestasi politik gagasan di ruang publik.
Dengan kata lain, kekuatan politik PKB sejatinya adalah politik gagasan "jalan tengah" yang harus terus menerus dinarasikan oleh instrument para kadernya di ruang publik. Gus Muhaimin bukan ansich "politik spanduk".
Wallahu a"lamu bish shawab.
TAG#gus muhaimin, #yani wahid, #muhaimin iskandar, #politik pkb, #pilpres 2024, #pileg 2024
190215402
KOMENTAR