Puan Maharani dan Sinyal Megawati dalam Rakernas PDI Perjuangan

Timoteus Duang

Saturday, 25-06-2022 | 10:07 am

MDN
H. Adlan Daie, Wakil Sekretaris NU Jawa Barat (2010-2021)

 

Oleh: H. Adlan Daie [Wakil Sekretaris NU Jawa Barat (2010-2021)]

Pidato Megawati Soekarno Puteri, Ketua Umum PDI Perjuangan dalam pembukaan Rakernas PDI Perjuangan (Selasa, 21/6/2022) mengirim sinyal kuat bahwa Puan Maharani kandidat kuat Capres yang hendak diusung PDI Perjuangan dalam kontestasi Pilpres 2024.

 

Sinyal itu dapat dibaca dari aksentuasi pidato Megawati sebagai berikut;

Pertama, dalam pidatonya Megawati tegas meletakkan peta survey elektoral  "hanya boleh dilihat, tidak boleh bergerak mengikuti irama survey".

Megawati meyakinkan para kader PDI Perjuangan justru harus bergerak mengikuti irama aspirasi rakyat.

Inilah keteguhan sikap politik seorang Ketua Umum PDI Perjuangan. Berdaulat secara politik, kokoh secara ideologis, dan legitimated secara sosial.

Tidak mudah kaget ("gumonan")  atas framing media, lembaga survey dan kekuatan "mainan" politik dari luar PDI Perjuangan.

 


Baca juga

Berkas Perkara Lengkap, Indra Kenz Digiring ke Pengadilan Negeri Tangerang Selatan


 

Kedua, aksentuasi pidato politik Megawati tersebut jelas dan tegak lurus dalam konteks menjaga konstitusi partai bahwa amanat kongres PDI Perjuangan telah memberi mandat dan hak prerogatif tunggal kepada Megawati dalam menentukan Capres yang akan diusung PDI Perjuangan.

Karena itu, Megawati tidak ragu-ragu untuk memecat siapa pun kader PDI Perjuangan yang menurutnya "coba-coba bermanuver di luar garis partai dan bermain dua kaki".

Ketiga, tekanan lain dari pidato Megawati di atas sengaja disampaikan tentang posisi Puan "sebagai anak tercintanya dan Puan mencintai ibunya".

Pernyataan ini meskipun secara tersurat dalam konteks "trah" biologis Puan akan tetapi dalam konstruksi disampaikan dalam forum resmi setingkat Rakernas PDI Perjuangan yang sangat berwibawa dan dihadiri Presiden Jokowi jelas sebuah pernyataan berbobot politis dalam kerangka ideologi  dan sikap politik PDI Perjuangan.

Tiga perspektif pemaknaan pidato politik Megawati dalam pembukaan Rakernas PDI Perjuangan di atas aktualisasinya dalam konteks Ganjar Pranowo tentu penting unuk segera mempertegas posisi politiknya atas dukungan para relawan terhadapnya yang berlangsung massif di berbagai daerah.

 


Baca juga

Suami Layangkan Permohonan Cerai, Dewi Perssik Mengaku Sudah Jalankan Kewajiban Sebaik-baiknya


 

Berhenti bermanuver hendak mendekte keputusan Megawati dalam hal menentukan Capres PDI Perjuangan. Karena dalam konteks inilah dugaan bahwa Ganjar Pranowo "bermain dua kaki" sebagaimana secara implisit dapat ditangkat dari pidato Megawati tersebut.

Dengan kata lain, spirit dari pidato Megawati dalam forum Rakernas tersebut hendak menegaskan bahwa kontestasi Pilpres 2024 bukan kontestasi elektoral ibarat "idol" - ajang mencari idola selebritis - melainkan sebuah pertaruhan ideologis bagi PDI Perjuangan dalam konteks transisi ideologis dari Megawati ke Puan Maharani.

Sebuah sikap politik dalam.menjaga kesinambungan transisi ideologi kebangsaan PDI Perjuangan.

Dalam konteks pertaruhan ideologis itulah Puan Maharani menjadi pilihan tepat bagi PDI Perjuangan untuk diusung sebagai Capres dalam kontestasi pilpres 2024. 

Itulah yang harus dipahami dari pidato politik Megawati dalam Rakernas PDI Perjuangan di atas baik oleh para politisi dan relawan politik "di luar" PDI Perjuangan maupun umumnya para pengamat pplitik.

Wallahu a'lamu bish shawab.

 

 

KOMENTAR