IHSG Terjun ke Zona Merah: Kamis (27/2/2025)

Jakarta, Inakoran
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang signifikan pada pembukaan perdagangan Kamis (27/2/2025). IHSG turun sebesar 0,32% dan berada pada level 6.58,13. Ada 215 saham mengalami kenaikan, sementara 171 saham mengalami penurunan dan 165 saham lainnya tidak bergerak.
Nilai transaksi pada pagi hari ini mencapai Rp 651,49 miliar dengan volume perdagangan mencapai 807,08 juta saham melalui 71.258 transaksi. Meskipun terdapat beberapa saham yang menunjukkan performa positif, sektor pasar yang lebih luas masih menghadapi tantangan yang signifikan.
Dalam analisis sektor, terlihat bahwa beberapa sektor berusaha untuk menjaga IHSG agar tidak terjun lebih dalam. Sektor properti menunjukkan kenaikan sebesar 0,55%, diikuti oleh sektor konsumer non-primer yang naik 0,47%, sektor industri dengan kenaikan 0,35%, dan sektor bahan baku yang meningkat tipis sebesar 0,07%.
BACA JUGA:
Harga Minyak Dunia Anjlok Hingga 2%: Dampak Melambatnya Ekonomi AS dan Jerman
Rencana Kebebasan Financial ini Caranya
Harga Emas Anjlok: Imbas Aksi Ambil Untung
Namun, sektor finansial menjadi penekan terbesar dengan penurunan sebesar 0,31%. Di samping itu, sektor konsumer primer dan kesehatan juga tidak luput dari penurunan, dengan masing-masing turun 0,24% dan 10%.
Dalam hal saham-saham yang berkontribusi pada penurunan IHSG, BBRI menjadi penekan terbesar dengan kontribusi -4,61 indeks poin. Diikuti oleh BMRI yang menyumbangkan -4,47 indeks poin dan BYAN yang memberikan kontribusi -2,2 indeks poin. Penurunan ini mencerminkan adanya aksi jual yang signifikan, terutama dari investor asing.
Tekanan pada IHSG tidak terlepas dari aksi jual asing yang mencatatkan net sell selama tiga hari berturut-turut. Pada hari Senin (24/2), net sell mencapai Rp 3,47 triliun, diikuti dengan Rp 1,6 triliun pada Selasa (25/2), dan Rp 323,56 miliar pada hari Rabu.
Penurunan peringkat saham Indonesia oleh Morgan Stanley dalam indeks MSCI dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW) semakin menambah tekanan. Keputusan ini diambil berdasarkan prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah serta meningkatnya tekanan terhadap profitabilitas sektor siklikal.
Di tengah ketidakpastian ini, pasar keuangan juga dihadapkan pada sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. Peluncuran layanan bisnis emas pertama di Indonesia, yaitu bullion service oleh PT Pegadaian dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS), dapat menjadi sinyal positif bagi investor. Layanan ini bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan cadangan emas nasional, memberikan alternatif investasi yang menarik di tengah volatilitas pasar.
Selain itu, pernyataan CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, menambahkan sentimen optimis. Ia percaya bahwa IHSG akan kembali menguat setelah mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir, dengan menekankan bahwa fundamental emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI), khususnya BUMN dan sektor perbankan, tetap solid.
Dalam konteks ini, Rosan juga menanggapi kekhawatiran masyarakat terkait transparansi Danantara, menegaskan bahwa tidak ada yang kebal hukum di Indonesia.
Disclaimer:
Perlu diingat bahwa investasi di pasar saham selalu melibatkan risiko. Oleh karena itu, selalu lakukan penelitian Anda sendiri dan konsultasikan dengan penasihat keuangan profesional sebelum membuat keputusan investasi.
KOMENTAR