Harga Emas Anjlok: Imbas Aksi Ambil Untung

Sifi Masdi

Wednesday, 26-02-2025 | 08:29 am

MDN
Ilustrasi emas batangan [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Pasar emas mengalami penurunan tajam dalam penutupan perdagangan Selasa (25/2/2025) dan  mencapai level terendah dalam lebih dari seminggu. Penurunan ini terjadi setelah aksi jual besar-besaran oleh investor yang memutuskan untuk membukukan keuntungan setelah harga emas menyentuh rekor tertinggi pada sesi sebelumnya. Selain itu, ketidakpastian mengenai kebijakan tarif dari Presiden AS, Donald Trump, turut membayangi pasar, menciptakan ketidakstabilan yang dirasakan di seluruh sektor komoditas.

 

Mengacu pada laporan dari Reuters, harga emas spot mengalami penurunan sebesar 1,4% menjadi US$ 2.909,59 per ons pada pukul 01:46 pagi waktu setempat. Hal ini terjadi setelah harga emas sebelumnya sempat mencatatkan level tertinggi di US$ 2.956,15. Sementara itu, harga emas berjangka di pasar AS ditutup dengan pelemahan 1,5% pada level US$ 2.918,80.

 

Bob Haberkorn, seorang ahli strategi pasar senior di RJO Futures, menjelaskan bahwa penurunan harga emas ini didorong oleh keputusan investor untuk mengambil keuntungan dan keluar dari posisi mereka untuk membangun kembali posisi pada harga yang lebih rendah. "Ini adalah bagian dari dinamika pasar; setelah mencapai rekor tinggi, wajar bagi investor untuk merealisasikan keuntungan," ungkapnya.

 

Sejak awal tahun ini, emas telah berfungsi sebagai aset safe haven yang sangat dicari, mencatat sebelas rekor tertinggi dan bahkan melampaui batas psikologis US$ 2.950 per ons. Namun, ketidakpastian yang terus melanda pasar global membuat banyak investor tetap waspada.

 


BACA JUGA:

Peluang Saham ANTM, HRTA, dan BRMS Setelah Peluncuran Bank Emas

BEI Hentikan Sementara Perdagangan Saham PT DCI Indonesia Tbk (DCII)

Harga Emas Antam Turun Rp 1.000:  Jumat (21/2/2025)

Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi


 

Salah satu faktor utama yang menjadi perhatian adalah kebijakan tarif AS. Pada hari Senin, Trump menegaskan bahwa tarif impor dari Kanada dan Meksiko akan tetap diberlakukan sesuai jadwal, meskipun kedua negara berupaya meningkatkan keamanan perbatasan dan menghentikan aliran fentanil ke AS.

 

Meskipun harga emas mengalami penurunan, Peter Grant, wakil presiden sekaligus ahli strategi logam senior di Zaner Metals, berpendapat bahwa ketidakpastian di perdagangan global tetap membuka peluang bagi investor untuk melakukan pembelian pada level yang lebih rendah. "Saat harga turun, ini adalah kesempatan bagi investor yang ingin masuk ke pasar dengan harga yang lebih menguntungkan," katanya.

 

Data terbaru menunjukkan bahwa spekulan emas memangkas posisi beli bersih mereka sebanyak 13.605 kontrak menjadi 201.962 dalam sepekan hingga 18 Februari. Hal ini menunjukkan bahwa investor mulai berhati-hati dan menyesuaikan portofolio mereka di tengah ketidakpastian yang ada.

 

Investor kini juga mencermati kebijakan moneter Federal Reserve AS, yang diharapkan akan merespons perubahan inflasi dan pasar tenaga kerja dengan langkah yang lebih tegas. Penelitian yang dirilis oleh San Francisco Fed pada hari Senin menunjukkan bahwa inflasi yang lebih tinggi dapat mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.

 

Menjelang akhir pekan, pasar menantikan rilis data Pengeluaran Konsumsi Pribadi AS pada hari Jumat, yang merupakan indikator inflasi pilihan The Fed. Rilis ini diharapkan dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan suku bunga dan moneter di masa depan.

 

Selain emas, harga logam lainnya juga mengalami tekanan yang signifikan. Harga perak spot turun 2,3% menjadi $31,61 per ons, sementara harga platinum melemah 0,5% menjadi $962,15 per ons. Paladium juga tidak luput dari tekanan, mengalami penurunan sebesar 1,9% menjadi $922,39 per ons. Harga platinum dan paladium bahkan sempat mencapai level terendah sejak 30 Januari dan 9 Januari, masing-masing, di awal sesi perdagangan.

 

 


 

KOMENTAR