Magnis-Suseno: Jangan Pilih Pemimpin yang akan Mencelakakan Indonesia

Saverianus S. Suhardi

Monday, 29-01-2024 | 10:34 am

MDN
Benny Sesetyo dan Magnis-Suseno saat menjadi pembicara di acara Alumni SMA Top Gan [Foto: Inakoran/Aril Suhardi]

 

Jakarta, Inakoran.com

Rohaniwan Franz Magnis-Suseno mengungkapkan keprihatinannya atas kondisi Indonesia ketika menjadi pembicara dalam acara deklarasi  Alumni SMA Top Gan untuk Ganjar-Mahfud di Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada Minggu (28/01/2024).

Menurut dia, saat ini Indonesia sedang berada dalam situasi yang lebih gawat dari zaman sebelum reformasi.

Guru besar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarakara itu menjelaskan tanda-tanda bahaya ini sebenarnya sudah mulai kelihatan saat terjadinya kasus Paniai di Papua pada 2014 lalu, kemudian upaya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi, dan puncaknya pelanggaran etik di Mahkamah Konstitusi.

BACA JUGA: Alumni SMA Top Gan Deklarasi Dukungan untuk Ganjar-Mahfud

“Dari situ saya mulai ragu-ragu. Lalu tentu manipulasi Mahkamah Konstitusi, yang oleh Majelis Kehormatan MK sebut pelanggaran etik berat,” terangnya.

Magnis menyinggung juga soal banyaknya intimidasi  jelang pemilihan presiden. Dia kembali menegaskan bahwa saat ini kondisi Indonesia sedang dalam bahaya.

“Kita ini jalan ke mana, saya melihat situasi itu cukup serius. Dengar desas-desus ada intimidasi. Saya kira kita dalam situasi yang berbahaya,”ujarnya.

Ketika ditanya soal pilihannya di Pilpres 2024 mendatang, Magnis-Suseno menyebut tidak akan memilih  pemimpin yang terburuk. “Saya pegang pada prinsip saya, pokoknya jangan yang terburuk yang terpilih,” ujarnya.

Dia kemudian menyinggung soal pemimpin yang ia sebut telah menodai etika. Menurut dia, sebagai negara yang berdemokrasi, setiap pemimpin mesti mengedepankan etika, karena dia akan bertanggung jawab pada nasib banyak orang dan kemajuan bangsa. Tanpa etika, kekuasaan merosot.

“Dan sekarang kita menghadapi situasi, ‘etika ndasmu’. Apakah kita mau dipimpin orang menodai etika? Itu serius. Tanpa etika, kekuasaan merosot,” katanya.

“Kalau kita punya demokrasi, kita harus memakai etika. Menjadi penguasa berarti mempunyai tanggung jawab atas hidup dan mati banyak orang, atas kemajuan bangsa, menentukan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya.

BACA JUGA: Marwah Presiden Makin Hilang, Habib Kribo Sebut Pilpres 2024 Terburuk di Era Reformasi

Dia pun berharap masyarakat memilih pemimpin yang jujur, berintegritas, berwawasan, dan memiliki rekam jejak yang bersih.

“Tentu kita juga melihat rekam jejak. Kalau pernah korupsi, masa lampaunya gelap, tangannya pernah berdarah, jangan dipilih. Kita Jangan memilih orang yang hampir dipastikan akan mencelakakan Indonesia,” tegasnya.

Magnis mengaku tidak memiliki masalah dengan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Dia bercerita pernah diminta oleh sahabatnya, Din Syamsudin untuk menghadiri acara Anies-Muhaimin. "Saya menolak. Kaki saya belum begitu baik.”

Magnis sempat menunjukkan tongkat yang ia pakai untuk membantunya berjalan. Dia menyebut tongkat itu merupakan hadiah dari Ganjar.

Ketika ditanya, apakah ia akan menghadiri acara Anies-Muhaimin jika diberikan tongkat, Magnis menjawab lugas “sudah terlambat. Saya sudah punya tongkat.”

KOMENTAR