Partai Golkar Indramayu dan Pemilu 2024

Saverianus S. Suhardi

Monday, 16-01-2023 | 15:09 pm

MDN
[H. Adlan Daie - Pemerhati politik dan sosial keagamaan]

 

 

Jakarta, Inakoran.com
(Oleh : H. Adlan Daie - Pemerhati politik dan sosial keagamaan)

Sebagai institusi politik modern menurut Williem Liddle, pakar politik dari Ohio University, partai Golkar dengan paradigma politik "delelopmentalisme" yang dianutnya adalah partai paling adaptif dalam cara menghadapi "turbulensi" dan goncangan politik.

Partai Golkar terbukti hingga saat ini tetap "eksis" dan "survival" pasca runtuhnya rezim Orde Baru penyangga kuat kaki kaki politik partai Golkar.


Baca juga: Koalisi KIB dan PDIP Akan Terjadi jika Usung Paket Ganjar-Airlangga


 

Paradigma politik "developmentalisme" partai Golkar sebagaimana testimoni Liddle di atas, yakni adaptif, "realisme pragmatis", bersifat kekaryaan dan inklusif secara ideologis penting diletakkan sebagai paradigma kerja politik baru partai Golkar Indramayu menghadapi kontestasi pemilu 2024 di tengah peralihan rejim kekuasaan politik Indramayu yang selama dua dekade terakhir dikuasai partai Golkar.

Partai Golkar Indramayu - suka tidak suka - secara de facto telah "kehilangan" salah satu elemen politiknya, yakni "shadow political power", kekuatan politik bayangan "birokrasi" penyangga teknokratis terhadap basis elektoral partai Golkar Indramayu. Itulah fakta elemen kekuatan politik yang "hilang" dan itu pula tantangan tidak sederhana yang dihadapi partai Golkar Indramayu saat ini.

Akan tetapi selain variabel politik yang "hilang" di atas partai Golkar Indramayu memiliki "kemapanan" infrastruktur politik dan potensi elektoral sangat besar, yaitu :

Pertama, partai Golkar Indramayu secara "top off mind" nyaris 100% dikenal atau "nempel" dalam recognisi memori publik Indramayu. Inilah infrastruktur politik partai Golkar Indramayu yang tidak dimiliki partai partai lain peserta pemilu 2024.

Kedua, pergantian rejim politik partai Gokar Inramayu tidak diikuti sikap "antipati" publik terhadap partai Golkar sebagaimana dulu dialami pasca runtuhnya rezim Orde Baru. Ini pondasi daya tahan elektoral politik partai Golkar Indramayu dalam.proyeksi pemilu 2004.

Konstruksi di atas hendak menggarisbawahi bahwa partai Golkar dengan paradigma politik "developmentalisme" basis elektoralnya tidak bertumpu pada kekuatan "ideologis" melainkan kekaryaan "realisme pragmatis". 

Satu sisi adaptif terhadap keragaman ideologi pemilih di sisi lain rentan fluktuatif secara elektoral. Survey "Litbang Kompas" (2021) menemukan fakta fluktuasi pemilih partai Golkar cukup besar.


Baca juga: Putra Bung Karno Sebut Presiden Tidak Harus Berasal Dari Keturunan Sang Proklamator


 

Dalam konteks ini sejauh partai Golkar Indramayu mampu meletakkan dua variabel kekuatan politiknya di atas dalam paradigma kerja politik baru berbasis survey dan riset politik secara "kredibel" dan terukur tentu partai Golkar Indramayu potensial mampu "staying power" mempertahankan dominasi basis elektoralnya dalam proyeksi pemilu 2024.

Sebaliknya jika tidak adaptif terhadap paradigma kerja politik baru atau hanya bersandar pada kebanggaan hasil pemilu sebelumnya secara "statis", tidak kontekstual dan hanya membangun asumsi politik spekulatif tidak berbasis update data terukur dalam proyeksi pemilu 2024 tentu tak terhindarkan partai Golkar Indramayu potensial akan mengalami "defisit" elektoral secara tajam sebagaimana diandaikan sejumlah pihak.

Maka di sini terpulang pada sikap partai Golkar Indramayu sendiri dalam merespon pilihan pilihan politik di atas dengan resiko kemungkinan "defisit" secara elektoral atau tetap dominan "staying power" dalam proyeksi pemilu 2024.
Mari kita tunggu. 

Wassalam.

 

KOMENTAR