Waspada! Media Sosial Kikis Kesehatan Mental Manusia di Berbagai Negara
JAKARTA, INAKORAN
Jika seorang ibu atau bapak sering mengintip status sosial orang lain di beberapa platform online, lalu mengomentarinya ini gejala kesehatan mental dalam kondisi parah Brain Rot. Dalam pemahaman umum, brain rot, adalah gejala kehilangan fokus dan otak kerdil.
Gejala brain rot yang lain adalah, seorang ibu, setiap pagi fokus, komentari status di whattsApp orang lain, teman sekolah alumni universitas, bukan membaca, tambah wawasan. Padahal, membaca dan olah raga rutin bisa memelihara kebugaran menjaga fokus untuk keluarga, bukan intip warga dunia maya.
Dampak media sosial terhadap kesehatan dan keselamatan MANUSIA DEWASA dan anak telah menjadi perhatian global yang berkembang, dengan perusahaan termasuk TikTok, Snapchat, Google dan Meta Platforms seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp menghadapi tuntutan hukum di Amerika Serikat atas peran mereka dalam memicu krisis kesehatan mental.
Di Australia, platform media sosial siap menonaktifkan akun yang terdaftar atas nama pengguna di bawah usia 16 tahun mulai Desember.
Malaysia berencana melarang anak di bawah usia 16 tahun memiliki akun media sosial.
Kebijakan ini bertujuan melindungi kaum muda dari bahaya siber seperti perundungan, penipuan, hingga pelecehan seksual.
Langkah tersebut mengikuti jejak Australia yang akan menonaktifkan akun pengguna di bawah 16 tahun mulai Desember.
Sejumlah negara Eropa seperti Prancis, Spanyol, dan Italia juga tengah menguji kebijakan serupa.
Rencana ini sejalan dengan sikap pemerintah Malaysia yang memperketat pengawasan terhadap platform media sosial. Hal itu merupakan respons atas peningkatan konten berbahaya, termasuk judi online dan unggahan terkait isu sensitif.



KOMENTAR