Analisis Survei Pemenang Pilkada Indramayu 2024

Junny Yanti

Tuesday, 19-11-2024 | 13:01 pm

MDN
H. Adlan Daie, Analis politik dan sosial keagamaan (Foto:ist)

JAKARTA, INAKORAN.COM

Kapan anda memutuskan pilihan terhadap "cabup cawabup" kabupaten Indramayu 2024-2029?

Sebesar 45,7% populasi pemilih berdasarkan "sampling" responden secara proporsional memutuskan, H-1 pilkada (sehari sebelum pencoblosan) kepastian memilih pasangan "cabup cawabup" dan pilihannya "fix" atau tidak berubah.

Data survei di atas bukan temuan versi metode "Ceker" model pilihan kuwu (kepala desa). Metode "Ceker" bersifat fisik "stelsel elektoral", sangat "bias" untuk skala pilkada "kabupaten" kecuali skala "desa" di mana relasi calon "kuwu" dengan pemilihnya lebih "intim" dalam area sempit (desa).

Data di atas adalah temuan hasil survei "profesional" (per tanggal 31 Oktober 2024) untuk pilkada Indramayu 2024 dengan 3001 responden, jumlah responden sangat besar untuk survei level "kabupaten".

Survei level "kabupaten" cukup dengan 420 responden atau maksimal 800 responden dengan potret bacaan survei level "daerah pemilihan" (dapil).

Dengan jumlah 3001 responden, survei ini bisa memotret variabel-variabel elektoral hingga level per kecamatan dan ruang kemungkinannya, kecenderungan motif pilihan dan alasan alasan "menunda" pilihannya "fix" hingga H -1. 

Penulis memegang secara lengkap hasil survei tersebut dengan "keabsahan" metodologinya, yakni metode "multi stage random", acak bertingkat, dan  proporsi jumlah responden "terpilih" secara presisi dan representatif secara populatif. 

Temuan survei di atas, penulis sedikit "buka" atas seizin "pemiliknya" untuk menegaskan bahwa siapa paling berpeluang menang pilkada Indramayu 2024 sungguh sangat "rumit" dan tidak sederhana.

45,7% kemana pemilih "bimbang" akan menentukan hasil akhir.

Maka klaim klaim sepihak tentang "keunggulan" bahkan "ucapan selamat" atas kemenangan pasangan calon tertentu sangat "prematur" dalam perspektif survei dan terlalu "songong" mendahului "garis takdir" dari sudut pandang agama. 

Populasi pemilih "cair" masih sangat besar, dengan jumlah 45,7%. Mereka akan menentukan pilihannya "fix" hingga H - 1 pencoblosan. Inilah "battle ground", ruang pertarungan elektoral hingga "menit menit" akhir menuju bilik bilik TPS.

Fenomena pemilih "cair" dalam pengalaman kontestasi elektoral di Indonesia tidak "khas" fenomena elektoral Indramayu.

Pilkada DKI Jakarta 2017 mengalami "anomali" elektoral, pemilih 'cair' menentukan pilihannya "fix" sehari sebelum pencoblosan.

Itulah sebabnya 8 lembaga survei di pilkada DKI Jakarta 2017 4 hari sebelum "coblosan" mengunggulkan "Ahok Djarot" mengalami "gagal total", meleset hingga 20% karena pemilih "cair" menentukan pilihannya "fix" H - 1.

Memang demografi pemilih Jakarta jelas berbeda dengan populasi pemilih di Indramayu dari beragam aspek.

Tapi, konteks yang hendak ditegaskan dalam tulisan ini bahwa sebesar 45,7% pemilih Indramayu berdasarkan survei di atas masih bersifat "cair" hingga satu hari sebelum pencoblosan.

Artinya, jika tidak ada "tsunami politik" besar misalnya kasus "vidio mesum" maka ketiga pasangan calon memiliki peluang yang sama, tergantung strategi akhir yang tepat, branding isu dan kepiawaian skill politik "menembak" sasaran pemilih secara sistemik berbasis data survei akurat di di sisa waktu 8 hari ke depan.

Pada akhirnya siapa pun kelak terpilih tidak perlu "jumawa". Ini soal tanggung jawab tidak ringan untuk memenuhi janji janji politiknya dan sebagai konsekuensi sistem demokrasi publik harus mengawasinya.

Oleh : H. Adlan Daie
Analis politik dan sosial keagamaan. 

TAG#Pilkada, #indramayu, #2024

182187544

KOMENTAR