AS dan China Siap Bahas Penundaan Impor Tambahan di Pertemuan G20
Washington, Inako
Amerika Serikat (AS) dan China sedang menjajaki kesepakatan perdagangan yang akan menghentikan pengenaan bea masuk tambahan dari Washington sebagai ganti atas pembicaraan baru yang menargetkan perubahan besar terhadap kebijakan ekonomi Beijing. Pernyataan ini diungkapkan oleh kedua pejabat pemerintah AS dan China seperti yang dilansir Wall Street Journal (WSJ).
Diskusi antara kedua negara telah dilaporkan terjadi melalui telepon selama beberapa minggu terakhir. Kedua belah pihak ingin memadamkan ketegangan perdagangan yang meningkat jelang pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pada pertemuan tingkat tinggi Kelompok 20 (G20) di Buenos Aires, Argentina.
Pembicaraan baru itu akan berpusat pada apa yang disebut "arsitektur" perdagangan, tulis WSJ, seperi yang dilansir dari CNBC International, Jumat (30/11/2018). Ini adalah istilah luas yang mengacu pada rentetan masalah yang AS inginkan untuk diperbaiki China, termasuk perlindungan atas kekayaan intelektual dan subsidi bagi perusahaan milik negara.
Meskipun kedua belah pihak tampaknya berharap gencatan perdagangan dapat dicapai, ada sedikit ruang untuk optimisme bahwa dua kekuatan ekonomi dunia itu akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat.
Seorang pejabat mengonfirmasikan kepada CNBC International bahwa penasihat kebijakan perdagangan Gedung Putih yang terkenal keras terhadap China, Peter Navarro, akan ikut menghadiri pertemuan penting antara Trump dan Xi minggu ini.
Navarro adalah pendukung penggunaan bea masuk yang dilakukan pemerintahan Trump. Ia mengatakan sebelumnya bahwa kesepakatan antara kedua negara akan dibuat berdasarkan syarat dari Trump dan tidak tunduk pada intervensi Wall Street.
Gedung Putih telah menjatuhkan beberapa bea masuk atas barang-barang impor dari China sepanjang 2018, sebagai bagian dari langkah presiden untuk melindungi kepentingan bisnis Amerika.
Trump, bersama dengan Perwakilan Perdagangan AS, Robert Lighthizer, berharap sanksi ini akan memaksa rekan-rekan di luar negeri untuk membuat kebijakan perdagangan yang lebih menguntungkan bagi Negeri Paman Sam.
Upaya Trump ini telah berujung beragam hasil, di antaranya menghasilkan revisi Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara serta membuat pusing sekutu ekonomi lamanya, seperti Kanada dan Uni Eropa.
Trump telah secara khusus menargetkan China dengan bea masuk untuk dugaan pencurian kekayaan intelektual serta berkontribusi terhadap ketidakseimbangan perdagangan besar antara kedua Negara.
Pada September 2018, Gedung Putih mengumumkan putaran bea masuk pada produk lain senilai US$200 miliar (Rp 2.869 Triliun) yang diimpor dari China sebesar 10%. Jika Trump dan Xi gagal untuk menjembatani gencatan perdagangan sebelum 2019, bea masuk akan naik menjadi 25%.
TAG#Perang Dagang, #Amerika Serikat, #China, #Donald Trump, #Xi Jinping
188642366
KOMENTAR