AS Tuntut tiga Peretas Pejabat intelijen Korea Utara dengan tuduhan Mencuri senilai US $ 1,3 miliar
Departemen Kehakiman AS mendakwa tiga pejabat intelijen militer Korea Utara pada hari Rabu (17 Februari) dalam kampanye serangan siber untuk mencuri US $ 1,3 miliar dalam crypto dan mata uang tradisional dari bank dan target lainnya, demikian dilansir AFP Kamis (18/2/21).
BACA:
Saham yang Layak Dicermati Hari Ini, 18 Februari 2021
Layanan darurat Australia terkena larangan Facebook
Tindakan pertama terhadap Pyongyang oleh pemerintahan Presiden Joe Biden ditujukan pada apa yang disebut departemen itu sebagai "kampanye kriminalitas global" yang dilakukan oleh Korea Utara.
Departemen tersebut menuduh tiga dari operasi peretasan dan malware yang luas untuk mendapatkan dana bagi pemerintah mereka sambil menghindari hukuman sanksi PBB yang telah merusak sumber pendapatannya.
Lebih dari tujuh tahun, para pejabat membuat aplikasi cryptocurrency berbahaya yang membuka pintu belakang ke komputer target; meretas perusahaan yang memasarkan dan memperdagangkan mata uang digital seperti bitcoin; dan mengembangkan platform blockchain untuk menghindari sanksi dan secara diam-diam mengumpulkan dana, kata departemen itu.
Kasus yang diajukan ke pengadilan federal di Los Angeles didasarkan pada tuduhan 2018 terhadap salah satu dari tiga, yang diidentifikasi sebagai Park Jin Hyok.
Dia didakwa dengan peretasan gambar Sony tahun 2014, pembuatan ransomware WannaCry yang terkenal kejam, dan pencurian tahun 2016 sebesar US $ 81 juta dari bank sentral Bangladesh.
Tuduhan baru menambahkan dua terdakwa, Jon Chang Hyok dan Kim Il.
Tuduhan tersebut mengatakan ketiganya bekerja bersama di Biro Umum Pengintaian yang berfokus pada peretasan intelijen militer Korea Utara, yang lebih dikenal dalam komunitas keamanan siber sebagai Lazarus Group, atau APT 38.
Selain dakwaan sebelumnya, ketiganya diduga beroperasi dari Korea Utara, Rusia, dan China untuk meretas komputer menggunakan teknik spearfishing, dan untuk mempromosikan aplikasi mata uang kripto yang dimuat dengan perangkat lunak berbahaya yang memungkinkan mereka untuk mengosongkan dompet kripto korban.
hei diduga merampok pertukaran mata uang digital di Slovenia dan Indonesia dan memeras pertukaran New York sebesar US $ 11,8 juta.
Dalam skema 2018, mereka merampok US $ 6,1 juta dari mesin ATM dari BankIslami Pakistan setelah mendapatkan akses ke jaringan komputernya.
Departemen Kehakiman tidak merinci dengan tepat berapa banyak yang diyakini para terdakwa telah mencuri semuanya.
TAG#AS CHINA, #CHINA, #AS, #KEJAHATAN CYBER, #PERETAS, #BITCOIN, #UANG DIGITAL
188641965
KOMENTAR