BRIN : Pemilih Muda Perlu Program yang Pro dan Kampanye yang Kreatif
JAKARTA, INAKORAN
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aisah Putri Budiarti mengatakan, pemilih muda menjadi target dari banyak partai di Pemilu 2024 mendatang. Jumlah yang besar dengan karakter yang khas harus bisa ditaklukan oleh parpol.
“Berbasis data proyeksi populasi Bappenas, lebih dari 50 persen voters dalam pemilu 2024 merupakan pemilih muda dari usia 17 tahun sampai di bawah 40 tahun.
Mereka saat ini merupakan generasi yang melek informasi politik meski mereka tidak selalu aktif berorganisasi politik atau bahkan menyampaikan gagasan politiknya.” jelas wanita yang akrab disapa Puput, saat berbincang hari ini (23/11).
Menariknya, kebanyakan dari pemilih muda ini tendensinya adalah sebagai swing voters. “ Dan menentukan pilihan politik pada masa-masa akhir hari pemilihan. Hal ini yang menjadikan partai politik harus pintar-pintar meraih mereka menjadi pemilihnya dalam pemilu, dan dalam konteks ini strategi mendapatkan pemilih muda harus dipikirkan serius.” ungkap Puput.
BACA:
Strategi Kampanye Golkar Menyasar Pemilih Milenial
Sebelumnya, Bidang Media dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar, Sekjen Lodewijk Freidrich Paulus menargetkan pemilih pemula pada kontestasi politik 2024 mendatang. Ini senada dengan hasil survei CSIS beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa Partai Golkar populer di kalangan pemilih muda.
“ 60 persen pemilih pada 2024 nanti adalah pemilih pemula atau milenial. Itu harus menjadi target dari MPO (Media dan Penggalangan Opini) itu sendiri," kata Lodewijk beberapa waktu lalu. Salah satu caranya dengan menggunakan media yang banyak dipakai kaum muda saat ini.
"Gayanya mereka yang kita gunakan, bermain medsos, bermain di media elektronik," tuturnya. Lebih lanjut Lodewijk juga menyebutkan interaksi Ketum Golkar Airlangga Hartarto di media sosial merupakan satu strategi mengubah gaya dan proses adaptasi menggaet millennial
.Puput menambahkan, selain bermain media sosial ada hal lain yang bisa dilakukan. “Caranya tentu bisa bermacam-macam, mulai dari membawa kader-kader muda partai menjadi lebih aktif dan muncul ke ruang publik, misalnya menjadikan kader partai muda menjadi caleg, pengurus strategis partai, juru kampanye dan lainnya” kata Puput.
Keder muda juga membawa program-program partai yang pro anak muda, pro perubahan. “,Misalnya partai memikirkan tentang upaya meningkatkan kewirausahaan dan industri kreatif yg banyak dijalankan oleh anak muda dan partai juga harus lebih inovatif mengemas cara kampanye yang melek digital, dimana banyak anak muda kemudian mengaksesnya.” tandas Puput. (end)
KOMENTAR