China Menilai Konfrontasi Menjadi Pilihan Terakhir Jika Taiwan Bandel

Binsar

Tuesday, 11-10-2022 | 10:49 am

MDN
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning [ist]

 

Jakarta, Inakoran

China menilai, konfrontasi bisa menjadi pilihan terakhir untuk menaklukan Taiwan jika negara itu tetap kekeh memerdekakan diri dari China.

Belakangan, ketegangan kedua negara terus meningkat. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning mengatakan, akar penyebab ketegangan lintas selat antara China dan Taiwan adalah kebijakan pemerintah Tsai yang mengupayakan kemerdekaan Taiwan lepas dari China.

"Pertanyaan Taiwan menyangkut kedaulatan dan integritas teritorial China," kata Mao.

"Kami akan menciptakan ruang yang cukup untuk reunifikasi damai tetapi tidak pernah meninggalkan ruang untuk kegiatan separatis kemerdekaan Taiwan," tegas Mao.

 

 

China dan Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak mereka berpisah pada tahun 1949 karena perang saudara. Beijing menganggap pulau demokrasi itu sebagai provinsi yang memisahkan diri untuk dipersatukan kembali secara paksa jika perlu.

Pada tahun 2019, Xi mengusulkan untuk mengeksplorasi versi Taiwan dari model Hong Kong "satu negara, dua sistem." Tetapi pemimpin Taiwan yang berpikiran merdeka telah menjelaskan bahwa dia tidak akan terlibat dalam pembicaraan di bawah gagasan seperti itu.

Saat berbicara untuk Hari Nasional Taiwan, Tsai menggunakan kata "ketahanan" berkali-kali dan menggambarkan sifat itu sebagai hal yang vital untuk masa depannya, secara ekonomi dan sosial, serta untuk keamanannya.

Tsai mengatakan membangun "ketahanan demokratis" adalah kunci untuk menjaga Taiwan.

 

 

"Kita dapat memiliki posisi yang berbeda, dan kita dapat berdebat satu sama lain, tetapi kita harus dengan suara bulat dan tegas berdiri di belakang sistem kita yang bebas dan demokratis, tidak peduli seberapa besar tekanan eksternal yang kita hadapi," katanya.

Untuk membuat Taiwan lebih tangguh di segala bidang di era pasca-COVID-19, dia mengatakan harus memperdalam kerja sama internasional dan hubungan dengan sekutu demokratis

 

KOMENTAR