Duet Maut Pemerintah dan BI untuk Mitigasi Krisis Ekonomi Global
JAKARTA, INAKORAN
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut tantangan ekonomi Indonesia ke depan masih terus datang.
Meski demikian, Indonesia telah belajar menghadapi ketidaktahuan dan ketidakpastian ekonomi, terutama ketika menghadapi pandemi covid-19.
Indonesia mampu menghadapi dengan segala kemampuan dan resiliensinya melalui koordinasi di sektor fiskal, moneter, maupun riil.
"Tentu ini menjadi pembelajaran berharga untuk menangani ketidakpastian risiko ke depan," ucap Airlangga.
Pakar ekonomi dari Universitas Jember Adhitya Wardhono mengungkapkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) patut memperkuat dan mempererat kerja sama untuk memitigasi ancaman krisis global.
Menurutnya, pelambatan perekonomian global adalah tidak dapat dipungkiri dan bisa akan mengerus ekonomi Indonesia.
"Sehingga pertumbuhan ekonomi global diperkirakan juga akan melandai.
baca:
Ganjar-Airlangga Berpeluang Maju dan Didukung Jokowi
Tidak mudah bagi Indonesia untuk bertahan di kondisi ekonomi 2023 yang diperkirakan muram," terangnya.
Adhitya juga membangun optimisme pada ekonomi Indonesia yang dinilai relatif aman dari resesi.
Meski demikian, Indonesia tetap harus waspada.
Ketergantungan terhadap ekonomi global masih cukup tinggi sehingga sektor ekspor dan investasi harus terus digenjot dengan berbagai program pemerintah.
Untungnya, penentuan produk domestik bruto (PDB) yang menjadi dasar perhitungan pertumbuhan ekonomi Indoneisa didominasi oleh sektor konsumsi.
Ia menekankan pentIngnya sinergitas dan efektivitas kerja sama antara otoritas fiskal dan moneter. Kuncinya ada di koordinasi otoritas fiskal dan moneter terlebih bagi Indonesia semakin berat menjelang tahun politik juga.
"Duet maut mereka jangan sampai kendor. Ini fase pemulihan ekonomi karena pandemi belum selesai.
Ada efek memar yang belum sembuh. Perlu tetap fokus.
Karena bisa dipastikan kinerja ekspor akan menurun dengan pelambatan ekonomi global, caddangan devisa pasti tergerus maka perlu dilakukan langkah untuk tetap menajga stabitias nilai tukar tanpa menahan laju pertumbuhan ekonomi," terusnya.
baca:
Menko Airlangga: Pemerintah Perbaiki Iklim Investasi Kejar Target Pertumbuhan di atas 5 Persen
Adhitya menegaskan, sebagaimana saat awal pandemi covid-19, pemerintah perlu memberi keyakinan dengan kebijakan fiskal melalui APBN yang didesain untuk tetap tahan terhadap gerusan resesi global.
Pemerintah harus mengantisipasi penurunan daya beli masyarakat melalui program sosial seperti bantuan tidak terduga dan subsidi masyarakat.
Sedangkan BI juga patut menjaga stabilitas ekonomi melalui stabilitas harga dan nilai tukar.
"Pemerintah harus konsisten pada antipasi resesi global dengan instrumen APBN-nya dan BI harus mempu mengerakkan kebijakan moneternya sehingga stabilitas ekonomi khususnya harga terjaga," pungkasnya.
TAG#AIRLANGGA, #PASAR MEDAN, #BI, #BANK INDONESIA
188648634
KOMENTAR