Ekonomi AS di Bawah Tekanan: The Fed Tahan Suku Bunga
Jakarta, Inakoran -
Ekonomi Amerika Serikat (AS) sedang berada di bawah tekanan setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memutuskan untuk tidak menurunkan suku bunga acuan, Fed Fund Rate. Keputusan ini diambil sebagai respons terhadap tekanan inflasi yang masih tinggi.
BACA JUGA: Skema PPK Full Call Auction Bikin Investor Menjerit
Para pejabat The Fed berpendapat bahwa meskipun inflasi telah turun mendekati target sekitar 2%, angka tersebut masih sulit untuk turun lebih lanjut dan bahkan berisiko naik kembali. Hal ini membuat bank sentral berpotensi untuk menaikkan suku bunga lagi.
“Kami belum sampai pada titik di mana kami membahas penurunan suku bunga kebijakan. Sebaliknya, saya terus melihat sejumlah risiko kenaikan inflasi,” kata Michelle Bowman, anggota Dewan Gubernur The Fed, seperti dilansir Reuters pada Senin (8/4/2024).
BACA JUGA: Cadangan Devisa Indonesia Anjlok US$ 3,6 Miliar Per Akhir Maret
Bowman menambahkan bahwa potensi tekanan inflasi yang berlanjut dapat mengubah prospek keputusan kebijakan di masa mendatang. Saat ini, suku bunga The Fed berada pada kisaran 5,25%-5,50%.
“Meskipun ini bukan baseline outlook saya, saya masih melihat risiko pada pertemuan mendatang bahwa kita mungkin perlu menaikkan suku bunga kebijakan lebih lanjut, jika laju inflasi terhenti atau bahkan berbalik arah,” tegasnya.
Pernyataan hawkish Bowman ini sejalan dengan pandangan Presiden The Fed Dallas, Lorie Logan. Menurut Logan, masih terlalu dini untuk berpikir bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuannya karena masih banyak ketidakpastian ekonomi.
BACA JUGA: Jelang Idul Fitri, Harga Emas Antam Anjlok Rp10.000 per Gram
“Saya meyakini bahwa terlalu dini untuk berfikir tentang pemangkasan suku bunga,” kata Logan, sambil menekankan kekhawatirannya terhadap tekanan inflasi yang masih tidak stabil sejak awal tahun.
Pandangan kedua pejabat The Fed ini disampaikan seiring dengan rilis data penyerapan tenaga kerja di AS yang masih sangat kuat. Tingkat pengangguran pada Februari 2024 tercatat turun dari 3,9% menjadi 3,8%.
Rekrutmen tenaga kerja yang masih tinggi di AS menunjukkan bahwa ekonomi AS masih sangat kuat dan berpotensi untuk terus mendorong inflasi ke depan. Cara pandang The Fed ini pun akhirnya memengaruhi sentimen pelaku pasar keuangan terhadap potensi penurunan suku bunga Fed Fund Rate yang sebelumnya dianggap akan terjadi pada paruh kedua tahun ini.
“Data-data terbaru tidak akan membuat para pejabat The Fed condong untuk menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat,” kata Thomas Simons, ekonom senior di Jefferies Group.
KOMENTAR