Cadangan Devisa Indonesia Anjlok US$ 3,6 Miliar Per Akhir Maret
Jakarta, Inakoran
Cadangan devisa (Cadev) Indonesia pada akhir Maret 2024 mencapai US$ 140,4 miliar. Cadev ini mengalami penurunan sebesar US$ 3,6 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk pembayaran utang luar negeri dan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah.
BACA JUGA: BI Keluarkan Jurus Amankan Rupiah di Tengah Menghangatnya Sengketa Pilpres
Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa penurunan posisi cadangan devisa dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah, antisipasi kebutuhan likuiditas valas korporasi, dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah. Ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi juga menjadi faktor penekan.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan, dengan level terlemah menembus Rp15.960 per dolar AS. Meski demikian, rupiah telah kembali menguat.
BACA JUGA: Rupiah Kembali Melemah, Bertengger di Posisi 15.925/US$
Meski mengalami penurunan, BI menilai bahwa posisi cadangan devisa masih mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Ke depan, BI optimis bahwa cadangan devisa akan tetap memadai. Optimisme ini didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi nasional yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh BI dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan demikian, meski mengalami penurunan, cadangan devisa Indonesia masih dalam posisi yang kuat untuk mendukung stabilitas ekonomi dan keuangan nasional.
KOMENTAR