Rupiah Kembali Melemah, Bertengger di Posisi 15.925/US$

Sifi Masdi

Thursday, 04-04-2024 | 11:13 am

MDN
Rupaih Vs Dolar AS [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Mata uang Rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Kamis, 4 April 2024. Pelemahan ini dipicu oleh beberapa faktor baik eksternal maupun internal.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham Migas yang Berpotensi Dapat Cuan, Kamis (4/4/2024)

 

Kuatnya dolar AS dan tingginya yield obligasi pemerintah AS menjadi beban bagi rupiah. Pada pukul 09:00 WIB, berdasarkan data Refinitiv, rupiah dibuka melemah tipis 0,06% ke posisi Rp 15.925/US$. Ini menunjukkan peningkatan dari penutupan perdagangan Rabu sebelumnya, di mana rupiah ditutup melemah 0,13% di posisi Rp 15.915/US$.

 

Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto, salah satu faktor yang membuat rupiah melemah adalah menurunnya optimisme pelaku pasar perihal pemangkasan suku bunga AS tahun ini.

 

 

 

Hal ini terjadi akibat kuatnya data ekonomi AS belakangan ini, khususnya dari inflasi AS yang mengalami kenaikan menjadi 3,2% (year-on-year/yoy) hingga data ketenagakerjaan yang masih cukup kuat ditandai dengan unemployment rate yang masih berada di angka 3,9%.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini, Kamis (4/4/2024)

 

Selain faktor eksternal, pelemahan rupiah juga disebabkan oleh kondisi dalam negeri. Di antaranya adalah tingginya permintaan dolar AS menjelang lebaran, outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga inflasi yang kembali naik.

 

“Sementara dari domestik ada permintaan US$ terkait repatriasi dan masih outflow-nya asing di pasar SBN. Rilis data inflasi Indonesia kemarin yang di atas ekspektasi, yang banyak disebabkan oleh volatile food, ikut mendorong pelemahan rupiah,” jelas Susianto.

 

BACA JUGA: Rupiah Makin Tertekan, Tembus Rp 15.910/US$

 

Hingga hari ini, rupiah masih saja terkoreksi, sehingga mata uang Garuda tersebut hanya tinggal sedikit lagi menyentuh posisi Rp 16.000/US$. Situasi ini tentu menimbulkan kekhawatiran, namun juga harapan.

 

Dengan dua hari perdagangan tersisa sebelum libur panjang Lebaran, investor sepertinya mulai masif melakukan aksi profit taking, terutama di pasar saham RI.

 

Selain itu, dari sisi politik dalam negeri masih diselimuti sentimen sidang sengketa Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi. Meski demikian, kita semua berharap bahwa situasi ini akan segera membaik dan rupiah akan kembali menguat.

 


 

KOMENTAR