BI Keluarkan Jurus Amankan Rupiah di Tengah Menghangatnya Sengketa Pilpres

Sifi Masdi

Tuesday, 02-04-2024 | 09:47 am

MDN
Ilustrasi Bank Indonesia [ist]

 

 


 

Jakarta, Inakoran

 

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS)  pada awal pekan ini (1/4) mengalami tekanan, bergerak di kisaran atas Rp 15.900/US$. Dalam upaya menjaga stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi di pasar keuangan.

 

BACA JUGA: Rekomendasi Saham Pilihan Hari Ini, Selasa (2/4/2024)

 

Menurut Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto, pelemahan rupiah dipicu oleh beberapa faktor. Pertama, tingginya permintaan dolar AS di dalam negeri. Kedua, aliran keluar modal asing dari pasar surat berharga negara. Ketiga, pelemahan yuan China (CNY) juga berdampak pada rupiah.

 

Selain itu, data inflasi Maret 2024 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) juga menjadi faktor penekan. Inflasi tercatat mencapai 3,05%, mendekati batas atas target inflasi BI 1,5-3,5% untuk 2024.

 

Untuk menjaga stabilitas rupiah, BI telah melakukan intervensi di pasar keuangan. BI menerapkan strategi triple intervention, yang terdiri dari intervensi di pasar valuta asing pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), serta di Surat Berharga Negara (SBN) dalam pasar sekunder.

 

BACA JUGA: Rupiah Kembali Melemah, Tembus Rp 15.900/US$

 

“BI terus masuk pasar untuk menjaga agar terdapat keseimbangan supply demand valas di market,” ujar Edi.

 

Sentimen Negatif Sengketa Pilpres

 

Ekonom Senior Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal Hastiadi, menilai bahwa sidang sengketa Pilpres 2024 turut mempengaruhi sentimen negatif pelaku pasar keuangan. Ketidakpastian politik, seperti status Gibran sebagai Wakil Presiden terpilih, menjadi perhatian pelaku pasar.

 

 

 

Selain itu, kekhawatiran terhadap kebijakan fiskal Indonesia dan risiko jangka menengah juga menjadi sentimen negatif. Investor khawatir terhadap risiko fiskal Indonesia dan kebijakan di bawah Presiden terpilih Prabowo Subianto.

 

BACA JUGA:  Harga Naik Jelang Lebaran, Komisi VI DPR Minta Pemerintah Fight Tertibkan Mafia Pangan

 

Tingginya ketidakpastian kebijakan The Federal Reserve dan defisit neraca transaksi berjalan yang diperkirakan melebar akibat pelemahan kinerja ekspor juga menjadi sentimen negatif.

 

“Kami juga memperkirakan indeks dolar akan berada di kisaran 100,8-107,2 dan menguji nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menghuni level tertingginya sejak Mei 2020 di kisaran Rp 15.940-16.050, sebagai indikasi dari kombinasi tekanan tersebut,” ujar Fithra.

 

Meski telah bergerak di kisaran atas Rp 15.900/US$, rupiah ditutup melemah 0,22% di angka Rp15.885/US$ kemarin, memperpanjang tren depresiasi tiga hari beruntun. Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil oleh BI menjadi sangat penting dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah ketidakpastian politik dan ekonomi global.


 

KOMENTAR