Ekspor Indonesia Berpotensi Tertekan Akibat Eskalasi Perang Dagang AS-China

Sifi Masdi

Sunday, 12-05-2019 | 22:31 pm

MDN
Ilustrasi perang dagang AS-China [ist]

Jakarta, Inako

Memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali meningkatkan risiko bagi perekonomian di dalam negeri. Khususnya ekspor Indonesia berpotensi tertekan pelemahan ekonomi China. Seperti diketahui, China merupakan salah satu tujuan ekspor terbesar Indonesia selama ini.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Suahasil Nazara mengatakan, dari hasil kunjungannya ke pertemuan Spring Meeting IMF dan Bank Dunia pada April lalu, ia mendapat kesimpulan kalau risiko perlambatan ekonomi global akibat keberlanjutan perang dagang AS-China masih sangat terbuka.

"Di saat yang sama, ekspor Indonesia belum membaik. Terutama ekspor nonmigas yang trennya masih belum terlalu baik dalam empat bulan terakhir. Kita berusaha agar ekspor ini kembali membaik, neraca perdagangan dan transaksi berjalan juga bisa membaik," ujar Suahasil belum lama ini.

Sementara, Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail mengatakan, besar kemungkinan kinerja ekspor Indonesia akan semakin memburuk di tengah berlanjutnya perang dagang. Sebab, pertumbuhan ekonomi China berpotensi melambat melebihi prediksi yaitu 6,3% pada tahun ini.

"Dengan naiknya tarif AS ke China menjadi 25% kepada barang-barang yang nilainya mencapai US$ 200 miliar, saya perkirakan pertumbuhan ekonomi China sepanjang tahun ini bisa jadi hanya 6%," ujar Mikail, Minggu (12/5).

Dengan proyeksi tersebut, lanjutnya, otomatis tingkat permintaan China terhadap barang-barang Indonesia akan menurun signifikan, terutama komoditas batubara.

Sepanjang kuartal I-2019, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor bahan bakar mineral Indonesia yang mencakup batubara mengalami penurunan 9,26% yoy. Padahal, komoditas tersebut berperan 15,3% terhadap keseluruhan ekspor nasional.

"Selain energi, konsumsi China terhadap barang-barang lain seperti tekstil, peralatan mekanik, hingga alas kaki yang biasanya banyak diekspor oleh Indonesia juga akan berkurang," kata Mikail.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memproyeksi hal serupa. Menurutnya, kinerja ekspor Indonesia pada tahun ini akan terus tertekan. Pasalnya, penurunan permintaan terhadap sejumlah komoditas ekspor utama Indonesia sudah terlihat sejak tahun lalu."Harga komoditas ekspor unggulan kita seperti sawit, batubara juga terus turun karena berkurangnya permintaan akibat perang dagang. Posisi Indonesia yang terbawah dalam rantai pasok di industri manufaktur global membuat permintaan bahan baku turun saat ada goncangan," terang Bhima, Minggu (12/5).

 

KOMENTAR