Google Hentikan Sementara Pengoperasian AI Gemini, Ada Apa?

Sifi Masdi

Tuesday, 05-03-2024 | 09:56 am

MDN
Google AI Gemini [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Google, raksasa mesin pencari, baru-baru ini menghadapi tekanan serius terkait kekacauan yang terjadi pada teknologi kecerdasan buatan (AI) miliknya, Gemini. Keputusan untuk menghentikan sementara operasional AI Gemini diambil setelah teknologi tersebut menghasilkan visual yang tidak akurat, khususnya dalam menciptakan gambar tokoh-tokoh sejarah, seperti para Founding Fathers Amerika Serikat, yang tampil sebagai orang kulit hitam pada akhir Februari lalu.

CEO Google, Sundar Pichai ditekan untuk mundur [ist]

 

 

BACA JUGA: Perkembangan AI Bikin  Masa Depan Jurnalisme dan Industri Media Makin Terancam

 

Google telah mengakui bahwa AI Gemini masih jauh dari sempurna dan membutuhkan masukan lebih lanjut. Perusahaan ini berjanji untuk meningkatkan tool tersebut seiring waktu, tetapi sebelumnya memutuskan untuk menutup layanan tersebut sementara.

 

Kehebohan di sekitar kegagalan AI Gemini tidak hanya berdampak pada citra Google, melainkan juga merugikan nilai saham perusahaan. Bahkan, CEO Alphabet, Sundar Pichai, kini mendapat tekanan untuk mundur dari posisinya.

 

Ben Thompson, seorang analis dan penulis newsletter 'Stratechery', menyatakan bahwa Google perlu mengalami transformasi dalam organisasinya. Dalam newsletter-nya, Thompson menekankan perlunya perubahan di level kepemimpinan, termasuk posisi CEO Sundar Pichai.

 

"Google perlu mengganti orang-orang yang membiarkan ada kekacauan, termasuk CEO Sundar Pichai," demikian tertulis dalam newsletter yang mendapat banyak perhatian di Silicon Valley.

 

BACA JUGA: Elon Musk Berhasil Ciptakan Mouse yang Digerakkan Pikiran

 

Pendapat serupa juga disuarakan oleh analis Mark Shmulik dari Bernstein, yang menilai mungkin sudah saatnya ada pergantian kepemimpinan di Google. "Kejadian belakangan ini memicu pertanyaan apakah manajemen saat ini masih relevan untuk membawa Google ke era selanjutnya," ujarnya, seperti yang dilansir dari Business Insider pada Senin.

 

 

 

 

Para analis juga mencatat bahwa Google terlihat kurang cakap dalam menanggapi permasalahan dengan cepat. Tampaknya, inisiatif AI yang diambil oleh perusahaan ini, seperti Bard dan Gemini, seringkali mengalami masalah teknis.

Sundar Pichai sendiri telah menjabat sebagai CEO Google sejak 2015 dan Alphabet sejak 2019. Selama kepemimpinannya, Google mengalami pertumbuhan kapitalisasi pasar yang signifikan, naik dari US$ 4 miliar pada 2015 menjadi US$ 1,7 triliun saat ini.

Meskipun begitu, era kecerdasan buatan membawa tantangan yang lebih kompleks, dan para analis meyakini bahwa diperlukan kepemimpinan yang lebih tangguh untuk memenangkan "perang AI.”

 

BACA JUGA: Ini Komentar Ahli Terkait Penggunaan ChatGPT untuk Penelitian, Apa Bisa?

 

Debat mengenai kepemimpinan Pichai juga mencuat dari beberapa mantan petinggi Google. Marissa Mayer, yang pernah bekerja di Google selama 20 tahun dan menjadi CEO Yahoo, memberikan pandangannya.

 

Meski menanggapi tweet yang menyatakan bahwa Google menghadapi masalah sulit dipecahkan, Mayer tampaknya membela Pichai dengan mengatakan, "Saya ingin mereka [Google] menang dan berpikir bahwa mereka bisa." Sebuah dukungan dari sesama pemimpin teknologi yang menunjukkan kompleksitas dalam menavigasi tantangan AI di era yang terus berubah ini.




 

KOMENTAR