Perkembangan AI Bikin  Masa Depan Jurnalisme dan Industri Media Makin Terancam

Sifi Masdi

Tuesday, 27-02-2024 | 14:30 pm

MDN
Perkembangan AI mengancam jurnalisme [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau  kecerdasan buatan  semakin menimbulkan kekhawatiran dalam industri jurnalisme dan media. Masyarakat mulai kehilangan kepercayaan terhadap bobot berita, dan masa depan jurnalisme terlihat semakin samar.

 

Pernyataan ini disampaikan Jim Albrecht, mantan Direktur Google News. Ia mengungkapkan pandangannya mengenai dampak AI dalam tulisan kolomnya di The Washington Post.

 

BACA JUGA:  Ini Komentar Ahli Terkait Penggunaan ChatGPT untuk Penelitian, Apa Bisa?

 

Albrecht mengibaratkan kecerdasan buatan sebagai serigala yang dapat mengancam keberlanjutan jurnalisme, mengubah cara kerja dan konsumsi berita. Dia mencatat perubahan signifikan dalam industri media seiring berkembangnya AI, yang dapat dengan cepat mengambil alih beberapa aspek produksi dan distribusi berita.

 

 

 

 

Pada masa internet mulai populer, Albrecht merinci bahwa pertikaian antara industri media dan raksasa teknologi terutama berkisar pada hasil pencarian dan model kompensasi. Namun, saat ini, tantangan baru muncul terkait platform yang menyajikan berita tanpa menghubungkannya dengan sumber aslinya. Dalam situasi ini, tulisan berita dapat dengan mudah diambil dan diulang oleh robot, kemudian diterbitkan sebagai produk mereka.

 

Albrecht menyoroti bahwa chatbot dapat menjadi cara utama konsumen menentukan dan menginterpretasi berita, menggeser peran pembaca dalam menilai keberitaan. Hal ini memberikan dampak besar pada model pendapatan industri media, yang semakin terbalik dan terancam.

 

BACA JUGA: Elon Musk Berhasil Ciptakan Mouse yang Digerakkan Pikiran

 

"Dalam ekosistem berita yang ditopang oleh kecerdasan buatan ini, siapa yang menjadi penengah informasinya," tanya Albrecht dalam ulasannya. Pertanyaan tersebut mencerminkan ketidakpastian akan peran penerbit dalam era AI, di mana proses distribusi dan produksi konten semakin diambil alih oleh teknologi.

 

Albrecht juga merujuk pada gugatan yang diajukan oleh The New York Times (NYT) terhadap OpenAI terkait hak cipta. NYT menyatakan bahwa OpenAI menggunakan produk mereka untuk membangun produk pesaing, menambahkan kompleksitas dalam persaingan antara media dan kecerdasan buatan.

 

Albrecht memandang bahwa perusahaan media harus memahami bahwa ekspektasi konsumen akan mengalami perubahan drastis dengan adanya kecerdasan buatan. Fokus industri harus bergeser dari pembuatan artikel tradisional ke interaksi yang lebih personal dengan pengguna.

 

BACA JUGA:  Apple Bakal Luncur AI Sendiri di Perangkat Lunaknya

 

"Pengguna akan semakin jarang berinteraksi dengan artikel aslinya dan malah membicarakan artikel tersebut dengan apa yang disebut oleh industri teknologi sebagai 'Intelligence Agents'," tambahnya.

 

KOMENTAR