H. Syaefudin dan Partai Golkar Pasca Konflik

Oleh. : Adlan Daie
Pemerhati politik elektoral Indramayu.
INAKORAN.COM
"The Game Is Over", permainan telah berakhir, demikian penulis melukiskan secara hiperbolik konflik panjang internal partai Golkar Indramayu. Ibarat permainan dalam teori "dramaturgi politik" Erving Boffman, sosiolog politik, Aberta, Kanada, konflik partai Golkar telah berakhir pasca Mahkamah Partai (MP) menetapkan H. Syaefudin, ketua DPRD Indramayu, sebagai ketua partai Golkar Indramayu yang sah periode 2020-2025. Sekali.lagi "The Game Is Over".
Dalam perspektif penulis pernyataan permohonan maaf sejumlah kader partai Golkar Indramayu sebagaimana rilis yang dimuat di "kreator Jabar" (7 juli 2021) kepada H.Kusnadi, Plt Ketua partai Golkar Indramayu atas insiden masa lalu dan pernyataan sikap loyal atas kepemimpinan H. Syaefudin sebagai ketua partai Golkar Indramayu pasca putusan MP benar benar menandai bahwa "The Game Is Over".
Mereka yang selama ini dipandang bukan bagian dari faksi politik H. Syaefudin membuktikan diri bahwa mereka para kader partai Golkar telah matang membaca konflik partainya. Loyalitas mereka melekat hanya pada institusi kepemimpinan partai Golkar yang sah bukan pada "patron" politik secara personal.
Inilah "kelebihan" partai Golkar sekaligus ujian politik yang harus dikelola secara bijak oleh H. Syaefudin, nakhoda baru partai Golkar Indramayu beserta jajaran pengurus partai Golkar lainnya dalam memproyeksikan varian kemungkinan untuk tetap menjaga martabat partai Golkar Indramayu menghadapi pileg 2024 di tengah "absennya" variabel tokoh kunci berpengaruh sebesar H. Yance (Alm)) dan kehilangan kendali back up birokrasi yang kini bergeser di bawah kekuasaan rejim politik PDIP.
Terus terang, minimal dari sudut pandang penulis tidak mudah dan tidak sederhana bagi H.Syaefudin dkk menjaga martabat kemenangan partai Gklkar Indramayu dalam pileg 2024 minus dua variabel kunci di atas, yakni faktor H. Yance dan back up supprorting system birokrasi yang telah terbukti kontributif secara signifikan bagi kemenangan partai Golkar di Indramayu pada pileg 2004, 2009, 2014 dan 2019 dengan tingkat kemenangan sangat telak diukur secara komparatif dari jumlah raihan kursi DPRD Indramayu dibanding raihan kursi partai politik lainnya.
Kemungkinan yang tersisa untuk menjaga asa kemenangan partai Golkar di Indramayu pada pileg 2024 meskipun partai Golkar selalu bisa adaptasi dengan tantangan jaman nya adalah meletakkan konflik masa lalu nya dalam posisi "game over" setuntas tuntas nya dan selanjutnya merangkai kolektivitas para kader golkar dalam soliditas yang kokoh baik ke dalam maupun ke luar. Karakter dan watak partai Golkar selama ini didesain sangat modern berorientasi ke depan bukan sibuk dengan masa lalu nya dan itu pula titik epicentrum kekuatan partai Golkar.
Di luar persoalan "dramaturgi politk" model Erving Boffman di atas, harus lah dipahami bahwa partai Golkar dan tentu partai politik lainnya adalah nstitusi demokrasi modern bukan lah alat permainan politik. Al Mawadi, pemikir politik dari madhab ahlus sunnah wal jamaah (aswaja) dalam kitab nya "Al Ahkam Al Sulthaniyah" mendefinisikan fungsi dasar politik "li hifdid din wa syiasari dun nya", politik adalah cara menjaga marwah agama dan tata kelola dunia (negara) untuk tertib sosial dan kesejahteraan bersama.
Maka, berhentilah memaknai politik hanya untuk "menang kalah" seperti permainan.bidak catur. Rakyat yang tertindih dampak covid 19 dan kemiskinan struktural sedang menunggu manfaat dari kehadiran para politisi dan desain maslahat politik nya.
Selamat bekerja.
Wassalam.
TAG#H. Syaefudin dan Partai Golkar Pasca Konflik, #ADLAN DAIE
200712927
KOMENTAR