Harga Minyak Anjlok: Investor Tunggu Keputusan OPEC+
Jakarta, Inakoran
Harga minyak mentah global mengalami penurunan pada Kamis (28/11/2024), didorong oleh lonjakan tak terduga dalam persediaan bensin di Amerika Serikat (AS) serta meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Di tengah pergerakan pasar yang lesu karena liburan Thanksgiving di AS, perhatian investor kini tertuju pada pertemuan OPEC+ akhir pekan ini, yang akan menentukan arah kebijakan produksi minyak ke depan.
Dalam perdagangan hari ini, Kamis (28/11) harga minyak mentah Brent turun 0,27% atau 20 sen menjadi US$72,63 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 0,29% atau 21 sen menjadi US$68,52 per barel.
Penurunan ini memperpanjang tren bearish yang terjadi sepanjang minggu, dengan Brent dan WTI masing-masing telah turun lebih dari 3% sejak awal pekan.
Lonjakan Stok Bensin AS
Data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan bahwa stok bensin di AS naik sebesar 3,3 juta barel pada minggu yang berakhir 22 November 2024. Angka ini jauh berbeda dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan kecil menjelang rekor perjalanan liburan.
Menurut Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG, peningkatan stok ini, ditambah dengan meredanya risiko gangguan pasokan di Timur Tengah, telah mempertahankan tekanan bearish pada harga minyak dalam jangka pendek.
BACA JUGA:
Rekomendasi Saham Pilihan: Kamis, 28 November 2024
Harga Emas Dunia Kembali Rebound: Kamis, 28 November 2024
Harga Minyak Mentah Melemah: Dampak Gencatan Senjata
Harga Minyak Mentah Melejit: Rusia Tembak Rudal Hipersonik ke Ukraina
Permintaan bahan bakar di dua konsumen utama dunia, yaitu China dan AS, terus melambat sepanjang tahun ini. Sementara itu, pemangkasan produksi oleh OPEC+ hanya mampu membatasi penurunan harga, tetapi belum cukup untuk mendorong rebound signifikan.
Selain itu, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hizbullah di Lebanon, yang dimulai pada Rabu (27/11/2024), turut menekan harga minyak. Perjanjian ini membantu meredakan kekhawatiran bahwa konflik tersebut akan mengganggu pasokan minyak dari Timur Tengah, yang merupakan wilayah strategis dalam perdagangan minyak global.
Kelompok OPEC+, yang memproduksi sekitar setengah dari minyak dunia, akan mengadakan pertemuan pada Minggu (1/12/2024). Agenda utama adalah membahas potensi penundaan kenaikan produksi yang sebelumnya direncanakan untuk Januari 2025.
Menurut dua sumber dari OPEC+, anggota telah mendiskusikan kemungkinan memperpanjang pemotongan produksi. Hal ini diperkirakan sudah sebagian besar tercermin dalam harga minyak saat ini, ujar Suvro Sarkar, kepala tim sektor energi di DBS Bank.
"Pertanyaan utamanya adalah durasi penundaan: apakah satu bulan, tiga bulan, atau bahkan lebih lama," kata Sarkar.
Sebelumnya, OPEC+ telah berkomitmen untuk mengurangi pemangkasan produksi secara bertahap dengan peningkatan kecil selama 2024 dan 2025. Namun, kondisi pasar yang lemah memicu spekulasi bahwa rencana tersebut mungkin ditunda untuk mendukung harga minyak.
Meski harga minyak saat ini tertekan, beberapa analis memperingatkan bahwa pasar mungkin "dinilai terlalu rendah." Kepala penelitian komoditas di Goldman Sachs dan Morgan Stanley menyoroti defisit pasar yang masih ada, yang dapat mendorong kenaikan harga di masa mendatang.
Selain itu, potensi risiko terhadap pasokan minyak dari Iran juga menjadi perhatian. Presiden terpilih AS Donald Trump kemungkinan akan memberlakukan kembali sanksi yang lebih ketat terhadap Iran, yang dapat mengurangi pasokan global.
Namun, analis di ANZ Bank mencatat bahwa latar belakang geopolitik untuk minyak tetap tidak pasti. Meskipun gencatan senjata di Timur Tengah saat ini membantu menenangkan pasar, ketegangan di kawasan tersebut dapat meningkat sewaktu-waktu.
KOMENTAR