Harga Minyak Dunia Anjlok, Kelebihan Pasokan

Sifi Masdi

Tuesday, 21-10-2025 | 09:48 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia kembali merosot tajam pada Selasa (21/10/2025), menyentuh level terendah sejak Mei tahun ini. Sentimen pasar tertekan oleh kekhawatiran kelebihan pasokan global serta meningkatnya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China yang berpotensi menekan permintaan energi dunia.

 

Mengutip Reuters, harga minyak mentah jenis Brent turun US$0,28 atau 0,46% menjadi US$61,01 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah US$0,02 atau 0,03% ke level US$57,52 per barel. Kedua acuan utama tersebut sempat anjlok lebih dari US$1 di awal sesi perdagangan sebelum akhirnya ditutup di level terendah sejak awal Mei.

 

Struktur kontrak berjangka menunjukkan perubahan besar dalam sentimen pasar. Untuk pertama kalinya sejak Desember 2023, kontrak enam bulan minyak Brent dan WTI mencatat pola contango — kondisi di mana harga jangka pendek lebih rendah dibanding harga jangka panjang. Pola ini menandakan pasar mulai khawatir terhadap oversupply dan mendorong pelaku industri untuk menyimpan minyak demi dijual kembali ketika harga lebih tinggi di masa mendatang.

 

John Kilduff, mitra di Again Capital, mengatakan bahwa “ketakutan akan kelebihan pasokan kini menghantui pasar, terutama menjelang 2026.” Ia memperkirakan meningkatnya permintaan terhadap penyimpanan minyak terapung dan pengisian tangki darat sebagai dampak dari melimpahnya pasokan global. “Ini adalah sentimen bearish nyata yang sudah lama tidak kita lihat,” ujarnya.

 

Pekan lalu, harga kedua acuan minyak ini sudah turun lebih dari 2%, menandai penurunan mingguan ketiga berturut-turut. Penurunan ini sejalan dengan proyeksi International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan surplus pasokan akan terus meningkat hingga 2026, didorong oleh produksi tinggi dari AS, Timur Tengah, dan Afrika.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Turun Rp14.000 per Gram: Selasa (21/10/2025)

Rekomendasi Saham Pilihan: Selasa (21/10/2025)

Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok: Dipicu Memanasnya  Perang Dagang AS-China


 

Sebelumnya, sepanjang 2025, kontrak minyak berada dalam kondisi backwardation, di mana harga jangka pendek lebih tinggi dibanding jangka panjang — mencerminkan ketatnya pasokan dan permintaan yang kuat. Namun kini, keseimbangan tersebut tampak mulai bergeser.

 

Krisis kelebihan pasokan semakin diperparah oleh meningkatnya tensi dagang antara dua konsumen minyak terbesar dunia, AS dan China. Kedua negara kembali memberlakukan biaya tambahan di pelabuhan (port fees) terhadap kapal pengangkut barang antarnegara. Langkah saling balas tersebut memicu kekhawatiran akan terganggunya arus perdagangan global.

 

Kepala World Trade Organization (WTO) bahkan memperingatkan bahwa potensi “decoupling” ekonomi antara AS dan China dapat memangkas output ekonomi global hingga 7% dalam jangka panjang jika ketegangan tidak diredakan.

 

Meski demikian, sebagian tekanan sempat mereda setelah kelompok lobi yang beranggotakan perusahaan besar AS seperti Oracle, Amazon.com, dan Exxon Mobil, mendesak pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mencabut aturan ekspor baru yang dianggap telah menghentikan miliaran dolar ekspor dan mengganggu kerja sama internasional.

 

Ketidakpastian juga membayangi pasokan dari Rusia. Presiden Trump pada akhir pekan kembali menegaskan bahwa AS akan mempertahankan “tarif besar-besaran” terhadap India apabila negara tersebut tidak menghentikan pembelian minyak dari Rusia.

 

Dari sisi produksi, Baker Hughes melaporkan bahwa perusahaan energi AS menambah jumlah rig pengeboran minyak untuk pertama kalinya dalam tiga pekan terakhir. Langkah ini memperkuat sinyal bahwa suplai minyak dari AS akan kembali meningkat.

 

Analis dari Gelber and Associates menambahkan bahwa pasar saat ini tengah berada pada fase “shoulder season”, yakni periode di mana aktivitas kilang berkurang karena pemeliharaan rutin, margin produk melemah, dan investor menunggu laporan persediaan minyak mingguan AS.

 

 

KOMENTAR