Harga Minyak Dunia Bergerak Dua Arah: Dinamika Pasar Global
Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia menunjukkan pergerakan dua arah pada perdagangan awal pekan, Senin (2/12/2024). Dinamika ini dipicu oleh tarik-menarik antara optimisme pasar atas peningkatan permintaan minyak dan kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS tidak akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Mengutip data Reuters, dua acuan utama harga minyak mencatat pergerakan yang beragam: Minyak mentah Brent turun tipis 1 sen menjadi US$71,83 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 10 sen (0,15%) menjadi US$68,10 per barel.
Meskipun ada kenaikan pada WTI, keduanya tetap berada di bawah tekanan setelah mengalami penurunan lebih dari 3% pada minggu lalu. Penurunan tersebut disebabkan oleh proyeksi pasar yang memprediksi surplus pasokan minyak pada 2025.
Salah satu faktor yang mendorong optimisme pasar adalah laporan pertumbuhan aktivitas pabrik di China. Berdasarkan survei sektor swasta, aktivitas pabrik di negara tersebut meningkat pada November dengan laju tercepat dalam lima bulan terakhir.
BACA JUGA:
Warren Buffett Tawarkan 3 Pelajaran Berharga Berinvestasi Agar Tetap Cuan
Rekomendasi Saham Pilihan: Selasa, 3 Desember 2024
Harga Minyak Dunia Naik Tipis: Ekonomi China Mulai Bangkit
OPEC+ Tunda Pertemuan Terkait Pengurangan Produksi Minyak: Apa Alasannya?
China, sebagai konsumen minyak terbesar dunia, memiliki peran penting dalam menentukan permintaan global. Kebangkitan aktivitas bisnis di negara tersebut memberikan harapan baru bagi pasar bahwa permintaan minyak akan meningkat di masa mendatang.
Di sisi lain, perhatian pasar juga tertuju pada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+. Kelompok ini telah memutuskan untuk menunda pertemuan mereka hingga 5 Desember 2024, yang awalnya dijadwalkan untuk membahas peningkatan produksi minyak mulai Januari 2025.
Menurut George Pavel, Manajer Umum di Naga.com Timur Tengah, keputusan untuk menunda kenaikan produksi dapat mengurangi tekanan pada harga minyak jika penundaan tersebut berlangsung tanpa batas waktu. “Penundaan produksi yang signifikan dapat memberikan ruang stabilisasi pada harga,” ujar Pavel.
Di tengah optimisme pasar, bayang-bayang ketidakpastian dari kebijakan Federal Reserve tetap menjadi faktor penekan harga minyak. Kekhawatiran bahwa Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya pada pertemuan Desember 2024 membebani pasar. Suku bunga yang lebih tinggi cenderung meningkatkan biaya pinjaman, yang pada akhirnya dapat memperlambat aktivitas ekonomi global. Hal ini berpotensi mengurangi permintaan minyak dalam jangka pendek.
KOMENTAR