Harga Minyak Dunia Naik Tipis: Ekonomi China Mulai Bangkit

Sifi Masdi

Monday, 02-12-2024 | 17:08 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak dunia [ist]

 

 


 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah dunia mencatat kenaikan tipis pada perdagangan Senin (2/12/2024), dipicu oleh aktivitas ekonomi di China yang menunjukkan tanda-tanda pemulihan serta meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah. Sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia, bangkitnya ekonomi China memberikan dorongan positif pada pasar minyak global.

 

Dalam perdagangan hari ini, Senin (2/12/2024), Minyak Brent naik 8 sen atau 0,1% menjadi US$71,92 per barel. Sementara Minyak WTI (West Texas Intermediate) m menguat 9 sen atau 0,1% ke level US$68,09 per barel.

 

Meski kenaikannya kecil, pergerakan ini mencerminkan respons pasar terhadap perkembangan global yang memengaruhi permintaan dan suplai minyak.

 

Data ekonomi terbaru menunjukkan aktivitas pabrik di China meningkat untuk bulan kedua berturut-turut pada November 2024. Stimulus ekonomi yang dikeluarkan pemerintah China mulai memberikan hasil positif, sehingga memicu optimisme terhadap peningkatan konsumsi energi.

 

"Data ekonomi dari China membantu mendukung harga minyak, karena ini menunjukkan permintaan energi dari negara tersebut akan meningkat," ujar Tony Sycamore, analis pasar di IG.

 

Namun, kenaikan ini juga terjadi di tengah ketidakpastian yang dipicu oleh ancaman perang dagang dari Presiden AS terpilih, Donald Trump, yang dapat memengaruhi hubungan ekonomi global, termasuk dengan China.

 


 

BACA JUGA:

Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Impor 100% Bagi Anggota BRICS

Harga Emas Turun: Dampak Aksi Ambil Untung

OPEC+ Tunda Pertemuan Terkait Pengurangan Produksi Minyak: Apa Alasannya?

Harga Minyak Mentah Melemah: Dampak Gencatan Senjata

 


 

Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali menjadi perhatian pasar. Israel melanjutkan serangannya terhadap Hizbullah di Lebanon meskipun sebelumnya telah tercapai perjanjian gencatan senjata.

 

Ketegangan ini menciptakan kekhawatiran baru di pasar energi global karena kawasan Timur Tengah merupakan salah satu produsen minyak terbesar dunia.

 

Gencatan Senjata Israel-Lebanon yang mulai berlaku pada Rabu lalu, tetapi kedua belah pihak saling menuduh melanggar perjanjian. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan adanya korban luka akibat serangan Israel di Lebanon selatan.

 

Selain itu, Presiden Suriah Bashar al-Assad juga meningkatkan serangan udara di Aleppo untuk menghancurkan pemberontak yang menyerang kota tersebut.

"Ketidakpastian atas kelangsungan gencatan senjata Israel-Lebanon telah menciptakan sentimen kehati-hatian di pasar," tambah Sycamore.

 

Selain dinamika di Timur Tengah dan China, pasar minyak juga dipengaruhi oleh langkah kebijakan AS. Ancaman Donald Trump untuk menaikkan tarif perdagangan bisa menambah ketegangan ekonomi global, berpotensi menekan permintaan energi dari mitra dagang utama AS.

 

 

KOMENTAR