OPEC+ Tunda Pertemuan Terkait Pengurangan Produksi Minyak: Apa Alasannya?
Jakarta, Inakoran
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, mengumumkan penundaan pertemuan penting yang awalnya dijadwalkan pada 1 Desember 2024 menjadi 5 Desember 2024. Pertemuan ini bertujuan membahas langkah-langkah terkait pengurangan produksi minyak guna menjaga stabilitas pasar global.
Penundaan ini disebabkan oleh agenda beberapa menteri OPEC+ yang menghadiri pertemuan Dewan Kerjasama Teluk di Kuwait pada hari yang sama. Namun, spekulasi muncul bahwa penundaan ini juga memberikan waktu tambahan untuk mencapai kesepakatan di tengah tantangan pasar yang semakin kompleks.
Dalam pertemuan mendatang, OPEC+ akan mempertimbangkan untuk melanjutkan pembatasan pasokan, termasuk penundaan rencana peningkatan produksi sebanyak 180.000 barel per hari yang direncanakan mulai Januari 2025. Beberapa delegasi menyebutkan bahwa diskusi awal telah mengarah pada kemungkinan menunda langkah ini hingga beberapa bulan ke depan.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Turun Rp 5.000: Jumat, 29 November 2024
Harga Minyak Mentah Melemah: Dampak Gencatan Senjata
Harga Minyak Anjlok: Investor Tunggu Keputusan OPEC+
Harga Minyak Mentah Melejit: Rusia Tembak Rudal Hipersonik ke Ukraina
Aliansi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia menghadapi pilihan sulit: pertama, memperpanjang pembatasan produksi hingga tahun 2025 untuk endukung harga minyak; atau kedua, mengambil risiko kelebihan pasokan yang dapat menekan harga lebih jauh.
Berdasarkan laporan Badan Energi Internasional (IEA), bahkan jika pembatasan produksi diperpanjang sepanjang tahun, pasar masih menghadapi risiko kelebihan pasokan yang signifikan.
Sejak Juli 2024, harga minyak mentah berjangka telah mengalami penurunan hingga 16%, dengan minyak Brent diperdagangkan mendekati $73 per barel pada Kamis lalu (28/11/2024). Penurunan ini mencerminkan kombinasi tantangan pasar: pertama, permintaan yang melemah di China, sebagai konsumen minyak terbesar dunia. Kedua, pasokan minyak yang melimpah dari Amerika Serikat. Ketiga, kesepakatan geopolitik untuk meredakan konflik di Timur Tengah, yang mendorong stabilitas suplai.
Meskipun ada lonjakan harga sesaat pada Selasa lalu setelah rumor penundaan rencana produksi OPEC+, pasar dengan cepat kembali tertekan, menandakan ketidakpastian yang masih mendominasi prospek permintaan global.
Dalam upaya membangun konsensus, Pangeran Abdulaziz bin Salman (Menteri Energi Arab Saudi) bertemu dengan Alexander Novak (Wakil Perdana Menteri Rusia) dan Mohammed Shia Al-Sudani (Perdana Menteri Irak) di Baghdad pada 26 November 2024.
Diskusi mereka menekankan pentingnya: menjaga keseimbangan pasar, dan memenuhi komitmen pemangkasan produksi OPEC+.
Keesokan harinya, delegasi Saudi dan Rusia bertemu dengan Menteri Energi Kazakhstan, Almassadam Satkaliyev, untuk memperkuat kerja sama. Meski Irak, Rusia, dan Kazakhstan sebelumnya kesulitan dalam memenuhi target pemangkasan, data terbaru menunjukkan peningkatan kepatuhan mereka dalam beberapa bulan terakhir.
KOMENTAR