Harga Emas Turun: Dampak Aksi Ambil Untung
Jakarta, Inakoran
Harga emas menghentikan tren penguatan empat sesi berturut-turut dan mengalami penurunan pada Senin (2/12/2024). Penurunan ini dipengaruhi oleh penguatan dolar AS serta aksi ambil untung oleh investor. Para pelaku pasar kini menanti data ekonomi utama AS yang akan menjadi petunjuk arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed).
Mengutip laporan Reuters, harga emas spot tercatat turun sebesar 0,7% menjadi US$ 2.636,38 per ons troi pada pukul 02.04 GMT. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga mengalami penurunan sebesar 0,8% ke level US$ 2.658,80 per ons troi.
Menurut Yeap Jun Rong, ahli strategi pasar di IG, aksi ambil untung oleh para pelaku pasar terjadi karena beberapa faktor, termasuk, pertama, ketegangan global yang mulai mereda mengurangi permintaan terhadap emas sebagai aset lindung nilai. Kedua, indeks dolar AS naik 0,5%, sehingga membuat emas menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang selain dolar.
BACA JUGA:
IHSG Menguat di Awal Pekan: Senin, 2 Desember 2024
Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Impor 100% Bagi Anggota BRICS
Harga Emas Antam Turun Rp 5.000: Jumat, 29 November 2024
Harga Emas Dunia Kembali Tertekan: Pengaruh Dolar AS
Saat ini fokus pasar beralih ke sejumlah data ekonomi utama AS yang akan dirilis pekan ini, seperti: lowongan pekerjaan AS, laporan ketenagakerjaan ADP, dan laporan penggajian.
Selain itu, beberapa pejabat penting The Fed, termasuk Gubernur Jerome Powell, dijadwalkan akan memberikan pidato pada hari Rabu. Berdasarkan FedWatch Tool dari CME Group, ada peluang sebesar 65,4% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Desember.
"Jika The Fed secara tegas mengisyaratkan kebijakan suku bunga tinggi hingga tahun 2025, harga emas kemungkinan akan semakin tertekan," ungkap Jun Rong.
Suku bunga tinggi biasanya mengurangi daya tarik emas karena logam mulia ini tidak memberikan imbal hasil seperti aset lainnya.
Selama bulan November 2024, harga emas mencatat penurunan lebih dari 3%, menjadikannya performa bulanan terburuk sejak September 2023. Faktor utama penurunan ini adalah ekspektasi bahwa suku bunga akan tetap tinggi dalam waktu yang lebih lama, terutama di bawah pemerintahan Presiden AS terpilih, Donald Trump.
Trump baru-baru ini menyatakan bahwa ia akan mengenakan tarif impor 100% terhadap negara-negara BRICS jika mereka menciptakan mata uang baru yang menggantikan dolar AS. Langkah ini bertujuan untuk menjaga dominasi dolar dalam perdagangan internasional, yang secara tidak langsung juga memengaruhi harga emas.
Dengan situasi saat ini, harga emas diperkirakan masih akan bergerak dalam tekanan, terutama jika data ekonomi AS menunjukkan hasil positif dan The Fed mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi. Namun, potensi aksi beli kembali dapat terjadi jika ada ketidakpastian geopolitik baru atau sentimen negatif terhadap dolar AS.
Sebagai aset lindung nilai, emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor, tetapi daya tariknya saat ini sedang diuji oleh dinamika kebijakan global dan domestik yang terus berubah.
KOMENTAR