Donald Trump Ancam Naikkan Tarif Impor 100% Bagi Anggota BRICS

Sifi Masdi

Monday, 02-12-2024 | 11:45 am

MDN
Presiden terpilih AS Donald Trump [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan ancaman keras terhadap negara-negara anggota BRICS (Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan) yang berencana menciptakan mata uang bersama sebagai alternatif dolar AS. Dalam pernyataannya di platform Truth Social, Sabtu (30/11/2024), Trump menyatakan akan memberlakukan tarif impor 100% jika rencana tersebut terus berlanjut.

 

"Gagasan bahwa negara-negara BRICS mencoba menjauh dari dolar sementara kita cuma diam dan melihat sudah berakhir," tegas Trump. "Kami akan meminta komitmen bahwa mereka tidak akan membuat mata uang baru atau mereka akan menghadapi tarif 100 persen dan harus mengucapkan selamat tinggal untuk menjual di ekonomi AS."

 

Kelompok BRICS yang didirikan pada 2011 mencakup lima ekonomi besar dunia: Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Pada awal 2024, blok ini memperluas keanggotaannya dengan memasukkan Iran, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Ethiopia, dan Mesir.

 


 

BACA JUGA:

Anggito Abimanyu Bakal Ditunjuk Jadi Menteri Penerimaan Negara

IHSG Menguat di Awal Pekan: Senin, 2 Desember 2024

Dunia Siaga dengan Kebijakan Ekonomi Donald Trump: Kenaikan Tarif Impor 25%

Anggota  BRICS Belum Sepakat Soal Buang Dolar AS

 


 

Dorongan untuk menciptakan mata uang bersama muncul pada 2023, ketika Presiden Brazil Luiz Inácio Lula da Silva mengusulkan agar negara-negara BRICS mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Dengan mata uang baru, negara-negara seperti Rusia, China, atau Iran dapat menghindari dampak sanksi Barat.

 

Namun, peluang realisasi mata uang bersama ini dinilai masih rendah karena adanya perbedaan mendasar dalam sistem ekonomi dan kepentingan geopolitik di antara anggotanya. Jika ancaman Trump terealisasi, tarif impor sebesar 100% pada produk dari negara-negara BRICS akan membawa dampak besar pada hubungan perdagangan global.

 

Diperkirakan ada sejumlah dampak dari kebijakan tersebut, pertama, dapat menghambat ekspor dari BRICS ke AS, yang selama ini menjadi salah satu pasar terbesar. Kedua, akan memicu ketegangan geopolitik, terutama dengan China dan Rusia, yang menjadi motor utama BRICS. Ketiga, mengguncang ekonomi global, karena BRICS merupakan salah satu kekuatan ekonomi besar yang saling terhubung dengan negara-negara lain di dunia.

 

Langkah ini juga mengikuti kebijakan agresif Trump sebelumnya, seperti rencana menaikkan tarif tambahan sebesar 10% pada barang impor dari China dan 25% pada produk dari Meksiko dan Kanada.

 

Meskipun ancaman ini bertujuan untuk mempertahankan dominasi dolar AS, anggota BRICS diyakini tidak akan mundur begitu saja. Menteri Luar Negeri Afrika Selatan Naledi Pandor mengungkapkan bahwa ada 34 negara yang telah menunjukkan minat untuk bergabung dengan BRICS. Hal ini menandakan bahwa pengaruh BRICS di panggung internasional semakin kuat.

 

"Jika mata uang baru BRICS terealisasi, ini akan menjadi langkah signifikan untuk mengurangi dominasi dolar AS dalam perdagangan global," ujar seorang pengamat ekonomi internasional.

 

Selain menyerang BRICS, Trump juga memfokuskan kebijakan tarifnya pada mitra dagang utama AS di Asia dan Amerika Utara. Tarif ini diyakini akan berdampak buruk pada negara-negara seperti: China, Meksiko,  Kanada dan Asia Tenggara.

 

 

KOMENTAR