Harga Minyak Dunia Kembali Anjlok: Imbas Permintaan AS yang Diproyeksi Turun

Sifi Masdi

Wednesday, 15-01-2025 | 12:24 pm

MDN
Ilustrasi kilang minyak dunia [ist]


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia kembali mengalami penurunan yang signifikan pada perdagangan Rabu, 15 Januari 2025. Penurunan ini dipicu oleh prediksi menurunnya permintaan minyak di Amerika Serikat (AS) serta peningkatan produksi minyak yang akan terjadi di tahun mendatang.

 

Berdasarkan informasi yang dilaporkan oleh Reuters, harga minyak berjangka Brent turun sebesar US$1,09 atau 1,35 persen, mencapai US$79,92 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS mengalami penurunan yang lebih dalam, sebesar US$1,32 atau 1,67 persen, menjadi US$77,50 per barel.

Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar akan prospek permintaan minyak yang melemah, terutama dari negara-negara konsumen besar seperti AS dan China.

 

Pada Selasa, 14 Januari 2025, Badan Informasi Energi (EIA) AS mengeluarkan laporan yang menunjukkan bahwa permintaan minyak di negara tersebut diperkirakan akan tetap stabil pada level 20,5 juta barel per hari (bph) untuk tahun 2025 dan 2026.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Naik Rp 4.000:  Rabu, 15 Januari 2025

Rekomendasi Saham Pilihan: Rabu, 15 Januari 2025

Harga Minyak Sentuh USD 81,01 Per Barel, Tertinggi Enam Bulan Terakhir: Imbas Sanksi ke Moskow

Harga Minyak Naik ke Level Tertinggi di Posisi US$ 81,11 Per Barel: Imbas Sanksi AS Terhadap Rusia


 

Di sisi lain, produksi minyak AS juga akan meningkat menjadi 13,55 juta bph, naik dari 13,52 juta bph yang diperkirakan untuk tahun ini. Kenaikan produksi ini menambah kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar.

 

Phil Flynn, seorang analis senior di Price Futures Group, menyatakan bahwa pasar sedang menunggu prospek jangka pendek dari EIA untuk melihat apakah prediksi kenaikan pasokan akan mengubah dinamika pasar. “Mereka menunggu untuk melihat apakah kelebihan pasokan yang diprediksi EIA sebelumnya masih dalam perkiraan,” kata Flynn.

 

Meskipun harga minyak mengalami penurunan, dampak dari sanksi baru yang diberlakukan oleh AS terhadap ekspor minyak Rusia ke India dan China memberikan sedikit dukungan pada harga. Analis dari ING memperkirakan bahwa sanksi baru ini dapat menghilangkan surplus sekitar 700 ribu bph yang diperkirakan untuk tahun ini. Namun, dampak nyata dari sanksi tersebut mungkin tidak sekuat yang diprediksi.

 

Analis ING menambahkan, “Penurunan arus sebenarnya kemungkinan akan lebih sedikit, karena Rusia dan pembeli menemukan cara untuk menghindari sanksi ini.”

 

Hal ini menunjukkan bahwa pasar minyak global mungkin akan tetap terpengaruh oleh strategi yang diambil oleh negara-negara penghasil minyak, termasuk Rusia, untuk mengatasi tekanan dari sanksi internasional.

 

Salah satu faktor yang turut berkontribusi pada penurunan harga minyak adalah ketidakpastian permintaan dari China, salah satu pembeli utama minyak dunia. Pada tahun 2024, impor minyak mentah China diprediksi akan mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam dua dekade, kondisi ini terjadi di luar dampak pandemi COVID-19.

 

Penurunan permintaan dari negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini dapat mengurangi dampak dari ketatnya pasokan yang terjadi akibat sanksi terhadap Rusia.

 

 

 

KOMENTAR