Harga Minyak Dunia Lesu: Permintaan  China Masih Lemah

Sifi Masdi

Monday, 30-11--0001 | 00:00 am

MDN


 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami penurunan signifikan, dengan salah satu penyebab utama adalah lemahnya permintaan dari China, sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia. Data terbaru menunjukkan bahwa impor minyak mentah di kawasan Asia mengalami penurunan yang mencolok, menandai tahun pertama dalam tiga tahun terakhir di mana impor minyak mengalami penurunan tahunan.

 

Berdasarkan laporan dari LSEG Oil Research yang dikutip oleh Reuters pada Senin, 6 Januari 2025, impor minyak mentah di Asia tercatat mencapai 26,51 juta barel per hari (bph) pada tahun 2024, mengalami penurunan 1,4% dari angka 26,88 juta bph pada tahun sebelumnya. Penurunan ini, yang mencakup pengurangan 370.000 bph, mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh pasar minyak, terutama di tengah permintaan yang lemah dari China dan pembeli utama lainnya.

 

 

 

Penurunan ini kembali mengingatkan orang pada tahun 2021, ketika penguncian ketat di China untuk menanggulangi Covid-19 mengakibatkan penurunan permintaan minyak. Kini, pada tahun 2024, pemangkasan impor dari China diperkirakan mencapai sekitar 1,9%, atau sekitar 210.000 barel per hari.

 

Data resmi selama 11 bulan pertama tahun ini menunjukkan bahwa China mengimpor 11,02 juta barel per hari, dengan proyeksi kedatangan Desember sekitar 11,63 juta barel per hari. Jika estimasi ini akurat, total impor China pada tahun 2024 diperkirakan akan mencapai 11,07 juta barel per hari, turun dari 11,28 juta barel per hari pada tahun 2023.

 

Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap lemahnya permintaan minyak mentah dari China. Pertama, pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat menjadi salah satu penyebab utama. Selain itu, meningkatnya penggunaan kendaraan listrik di negara tersebut telah mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sementara peralihan angkutan truk ke gas alam cair juga berkontribusi pada penurunan permintaan minyak.

 

Pasar kini mempertanyakan apakah tren penurunan ini akan berbalik arah pada tahun 2025 atau jika impor minyak mentah China telah mencapai puncaknya. Dengan China yang terus berinvestasi dalam teknologi kendaraan listrik dan dengan harga LNG (gas alam cair) yang tetap kompetitif dibandingkan solar, peningkatan permintaan solar tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat menjadi faktor pendorong utama bagi peningkatan permintaan minyak mentah di China.

 

Meskipun Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan bahwa permintaan minyak China akan meningkat sebesar 220.000 barel per hari pada tahun 2025, proyeksi ini tergantung pada berbagai faktor, termasuk upaya stimulus dari Beijing yang diharapkan dapat memperkuat ekonomi. Namun, ketegangan perdagangan yang mungkin meningkat dengan pemerintahan AS di bawah Presiden terpilih Donald Trump menambah lapisan ketidakpastian dalam proyeksi ini.


 

KOMENTAR