Harga Minyak Naik Tipis, Jelang Donald Trump Terapkan Tarif Impor
Jakarta, Inakoran
Harga minyak dunia pada perdagangan Jumat (31/1/2025) mengalami kenaikan tipis menjelang Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan tarif impor baru kepada Meksiko dan Kanada.
Harga minyak WTI untuk kontrak Maret 2025 di New York Mercantile Exchange tercatat naik 0,44% menjadi US$ 73,05 per barel pada pukul 6.51 WIB. Meskipun terjadi kenaikan, harga minyak WTI masih mengalami penurunan sebesar 2,16% dalam sepekan terakhir. Sementara itu, harga minyak mentah Brent juga menunjukkan tren positif dengan kenaikan 0,38% menjadi US$ 76,87 per barel.
Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, menyatakan, "Kita semakin dekat dengan tenggat waktu dan orang-orang mulai gelisah." Pernyataan ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar menjelang kemungkinan penerapan tarif yang dapat berdampak besar pada pasokan minyak dari kedua negara tetangga AS tersebut.
BACA JUGA:
Harga Emas Antam Naik Rp 14.000: Jumat, 31 Januari 2025
Rekomendasi Saham Pilihan: Di Akhir Januari 2025
Harga Minyak Naik Tipis: Kamis, 30 Januari 2025
Harga Minyak Kembali Anjlok: Imbas Tekanan Donald Trump terhadap OPEC
Presiden AS, Donald Trump, telah mengancam untuk mengenakan tarif 25% atas ekspor minyak dari Kanada dan Meksiko, dengan tenggat waktu yang semakin mendekat. Tarif ini akan diberlakukan jika kedua negara tidak mengambil langkah cepat untuk menghentikan pengiriman fentanil ke AS. Gedung Putih telah menegaskan kembali rencana ini, dan para pejabat menyarankan bahwa tindakan cepat dari Kanada dan Meksiko dapat mencegah penerapan tarif tersebut.
Tony Sycamore, analis pasar dari IG, menyatakan bahwa para trader sudah memperhitungkan kemungkinan tarif ini. Dia menegaskan, "(Ini) alasan utama mengapa minyak mentah diperdagangkan di tempatnya saat ini." Hal ini menunjukkan bahwa pasar sudah mulai mengantisipasi dampak dari kebijakan yang akan datang.
Permintaan minyak mengalami tekanan akibat badai musim dingin yang menghantam AS, yang berujung pada peningkatan stok minyak mentah sebesar 3,5 juta barel. Ini jauh lebih tinggi dari perkiraan, yang menyebutkan kenaikan sebesar 3,2 juta barel. Penurunan produksi penyulingan selama cuaca buruk juga berkontribusi terhadap ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan.
Di sisi lain, sanksi terbaru AS terhadap Rusia telah membuat ekspor minyak mentah dari pelabuhan-pelabuhan barat Rusia mengalami penurunan. Sementara itu, Rusia diperkirakan akan meningkatkan produksi penyulingan, sehingga mengakibatkan penurunan ekspor minyak sebesar 8% pada bulan Februari dibandingkan dengan rencana Januari.
Investor kini juga menantikan pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+. Pertemuan ini dijadwalkan pada 3 Februari dan akan membahas dampak dari kebijakan Trump untuk meningkatkan produksi minyak AS. Kazakhstan, salah satu anggota OPEC, menyatakan bahwa kelompok tersebut akan mempertimbangkan langkah-langkah bersama terkait masalah ini.
KOMENTAR