Harga Minyak Dunia Naik: Dampak Penetapan Tarif Donald Trump

Sifi Masdi

Monday, 03-02-2025 | 11:24 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Mengacu pada informasi dari Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret 2025 di New York Mercantile Exchange dibuka pada level US$ 74,94 per barel, meningkat 3,32% dari harga akhir pekan lalu yang berada di US$ 72,53 per barel.

 

Kenaikan ini mencerminkan reaksi pasar terhadap kebijakan tarif tinggi yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, terhadap produk impor dari beberapa negara, termasuk Kanada, Meksiko, dan China.

 

Kenaikan harga minyak ini tidak terlepas dari keputusan Trump untuk mengenakan tarif tinggi pada berbagai produk impor. Salah satu produk yang terkena dampak adalah minyak mentah dari Kanada, yang merupakan salah satu pemasok utama minyak bagi Amerika Serikat. Dengan tarif yang dikenakan sebesar 25% untuk produk dari Kanada dan Meksiko, serta 10% untuk produk asal China, pasar minyak bereaksi dengan lonjakan harga yang cukup signifikan.

 

Harga minyak WTI yang naik ke kisaran US$ 74 per barel, sementara harga minyak Brent mendekati US$ 77 per barel, menunjukkan bahwa pasar sedang bereaksi terhadap potensi gangguan pasokan yang bisa terjadi akibat kebijakan tersebut.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Turun Rp 3.000: Senin (3/2/2025)

Saham Perbankan Membebani IHSG di Awal Pekan

Harga Minyak Naik Tipis, Jelang Donald Trump Terapkan Tarif Impor

Harga Minyak Naik Tipis: Kamis, 30 Januari 2025


 

Pengenaan tarif ini bukan hanya sekadar langkah proteksionis dalam perdagangan, tetapi juga dapat mengganggu stabilitas pasokan energi di Amerika Serikat. Mengingat bahwa Kanada merupakan salah satu pemasok utama minyak mentah untuk AS, pengurangan pasokan bisa memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar.

 

Harry Tchiinguirian, kepala penelitian minyak di Onyx Commodities Ltd, menyatakan, "Gangguan terhadap pasokan minyak mentah dari Kanada kemungkinan terjadi karena sedikitnya alternatif infrastruktur untuk pengiriman ke AS. Dan tidak mungkin Anda bisa begitu saja menghentikan produksi."

 

Kondisi ini menunjukkan bahwa pasar harus bersiap menghadapi potensi lonjakan harga lebih lanjut jika pasokan minyak dari Kanada terpengaruh secara signifikan. Investor dan pelaku pasar energi perlu memperhatikan perkembangan ini, karena perubahan kebijakan perdagangan dapat memiliki dampak jangka panjang pada harga minyak global.

 

Dalam jangka pendek, kenaikan harga minyak dapat memberikan keuntungan bagi produsen minyak domestik AS, namun di sisi lain, dapat menambah beban bagi konsumen dan industri yang bergantung pada energi. Kenaikan harga minyak dapat berimbas pada biaya transportasi dan barang-barang konsumsi, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi inflasi.

 

Secara jangka panjang, kebijakan tarif ini bisa memicu pergeseran dalam alur perdagangan energi global. Negara-negara lain mungkin mencari cara untuk mengalihkan pasokan mereka ke pasar yang lebih stabil dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara yang menghadapi tarif tinggi.

 


 

KOMENTAR