Harga Minyak Dunia Melemah 0,8%: Dampak Berkurangnya Permintaan di China

Sifi Masdi

Tuesday, 17-12-2024 | 09:09 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak dunia mengalami penurunan pada awal pekan ini, merosot sebesar 0,8% sebagai akibat dari berkurangnya belanja konsumen di China. Penurunan ini terjadi menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve, yang membuat investor mengambil langkah hati-hati.

 

Pada hari Senin, 16 Desember 2024, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Februari 2025 ditutup dengan penurunan 58 sen, atau sekitar 0,8%, ke level USD 73,91 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Januari juga mengalami penurunan serupa, ditutup pada level USD 70,71 per barel.

 

Faktor Pemicu

Minggu lalu, harga minyak sempat mendapatkan angin segar berkat harapan bahwa pasokan minyak akan semakin ketat seiring dengan adanya sanksi tambahan terhadap produsen minyak mentah Rusia dan Iran. Selain itu, ekspektasi akan penurunan suku bunga di Amerika Serikat dan Eropa juga diharapkan dapat mendorong permintaan minyak. Namun, realitas saat ini menunjukkan bahwa pertumbuhan permintaan minyak mentah di China, yang merupakan konsumen energi terbesar di dunia, tidak secerah yang diharapkan.

 

Jim Ritterbusch, seorang analis dari konsultan Ritterbusch and Associates di Florida, menyatakan, "Kami merasa bahwa peristiwa minggu lalu telah dihargai dengan tepat dan bahwa minggu ini akan menghasilkan lebih sedikit barang yang mampu mendukung harga minyak."

 


BACA JUGA:

Rekomendasi Saham Pilihan: Selasa 17 Desember 2024

Harga Minyak Dunia Turun Tipis: Pasokan Masih Surplus

Harga Minyak Dunia Kembali Turun: Investor Tunggu Keputusan The Fed Turunkan Suku Bunga

Harga Emas Antam Stagnan: Senin, 16 Desember 2024


 

Hal ini mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar minyak, terutama dengan menurunnya penjualan ritel di China, yang membuat pemerintah Beijing terpaksa mempertimbangkan langkah-langkah stimulus untuk menstabilkan perekonomian yang tengah berjuang akibat tarif perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump kedua.

 

Direktur energi berjangka di Mizuho, Bob Yawger, menambahkan, "Ini hanyalah skenario yang sangat pesimis di mana tidak banyak harapan akan pertumbuhan permintaan minyak mentah." Prospek permintaan yang suram dari China juga berkontribusi pada keputusan OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi hingga bulan April mendatang.

 

Aksi Ambil Untung

Di tengah ketidakpastian ini, para pedagang minyak mengambil langkah ambil untung setelah harga minyak melonjak lebih dari 6% pada minggu sebelumnya. Analis dari IG, Tony Sycamore, mengungkapkan bahwa aksi ambil untung ini diharapkan akan terjadi seiring dengan berkurangnya minat terhadap posisi perdagangan menjelang musim liburan.

 

The Federal Reserve dijadwalkan untuk mengadakan pertemuan pada tanggal 17-18 Desember 2024, di mana diperkirakan mereka akan memangkas suku bunga sebesar seperempat poin persentase. Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi dan, pada gilirannya, meningkatkan permintaan minyak. Namun, harga minyak semakin tertekan oleh penguatan dolar AS, yang mendekati level tertinggi dalam tiga minggu terakhir terhadap mata uang utama lainnya.

 

Dalam konteks ini, penting untuk dicatat bahwa dolar AS dan komoditas seperti minyak mentah cenderung diperdagangkan secara terbalik, sehingga penguatan dolar dapat menekan harga minyak lebih lanjut. Investor kini juga mencermati laporan persediaan minyak AS yang akan dirilis minggu ini sebagai indikator penting bagi arah pergerakan harga minyak ke depan. Menurut jajak pendapat awal Reuters, persediaan minyak mentah dan sulingan AS diperkirakan akan mengalami penurunan, sementara stok bensin mungkin mengalami kenaikan.

 

Sebanyak empat analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan rata-rata penurunan persediaan minyak mentah sekitar 1,9 juta barel dalam seminggu yang berakhir pada 13 Desember. Laporan dari American Petroleum Institute dijadwalkan akan dirilis pada pukul 4:30 sore EST (21:30 GMT) pada hari Selasa, diikuti oleh laporan dari Badan Informasi Energi pada pukul 10:30 EST (15:30 GMT) pada hari Rabu.

 

KOMENTAR