Harga Minyak Dunia Naik 2%: Imbas Ketegangan Timur Tengah

Sifi Masdi

Wednesday, 04-12-2024 | 10:58 am

MDN
Kilang Minyak Saudi Aramco [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

Harga minyak mentah dunia melonjak lebih dari 2 persen pada perdagangan Rabu (4/12/2024). Peningkatan ini dipicu oleh dua faktor utama: eskalasi ketegangan di Timur Tengah dan kekhawatiran perpanjangan pemangkasan pasokan oleh OPEC+, kelompok negara-negara pengekspor minyak.

 

Menurut laporan Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent naik sebesar US$1,79 atau 2,5 persen menjadi US$73,62 per barel, mencatat kenaikan tertinggi dalam dua pekan terakhir. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat melonjak US$1,84 atau 2,7 persen menjadi US$69,94 per barel, yang juga merupakan level tertinggi sejak 18 November 2024.

 

Salah satu pendorong utama kenaikan harga minyak adalah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Situasi ini kian memanas setelah Israel mengancam untuk menyerang Lebanon jika gencatan senjata dengan Hizbullah gagal.

 


 

BACA JUGA:

Pembentukan Kementerian Penerimaan Negara: Untung atau Buntung?

Harga Emas Antam di Pegadaian: Rabu, 4 Desember 2024

Harga Minyak Dunia Bergerak Dua Arah: Dinamika Pasar Global

Harga Minyak Dunia Naik Tipis: Ekonomi China Mulai Bangkit

 


 

Menurut Giovanni Staunovo, analis dari UBS, meskipun konflik Lebanon saat ini belum memengaruhi pasokan minyak secara langsung, risiko eskalasi konflik di kawasan tetap menjadi perhatian utama para pedagang minyak.

 

"Risiko gagalnya gencatan senjata membuat beberapa pedagang minyak lebih khawatir terhadap ketegangan yang melibatkan Iran dan Israel," kata Staunovo.

 

Ketegangan geopolitik di kawasan kaya minyak ini sering kali berimbas pada pasar energi global karena Timur Tengah adalah salah satu pusat utama produksi minyak dunia.

 

Faktor lain yang mendorong kenaikan harga minyak adalah kebijakan OPEC+, yang dijadwalkan mengadakan pertemuan pada Kamis (5/12/2024). Sumber dari OPEC+ menyebutkan bahwa kelompok ini kemungkinan besar akan memperpanjang kebijakan pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama tahun 2025.

Langkah ini diambil untuk menyeimbangkan pasar minyak global di tengah tantangan permintaan yang melambat akibat ketidakpastian ekonomi global.

 

 

KOMENTAR