Harga Minyak Dunia Naik di Hari Pertama 2025

Sifi Masdi

Thursday, 02-01-2025 | 11:39 am

MDN
Ilustrasi kilang minyak [ist]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

Memasuki tahun 2025, pasar minyak dunia menunjukkan sinyal positif dengan kenaikan harga yang signifikan. Pada hari pertama perdagangan tahun ini, harga minyak mentah mengalami lonjakan, di dorong oleh harapan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik setelah musim liburan.

 

Pada perdagangan Kamis, 2 Januari 2025, harga minyak mentah berjangka Brent naik sebesar 46 sen atau sekitar 0,6 persen, mencapai US$75,10 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di AS juga mencatatkan kenaikan, yakni 49 sen atau 0,7 persen, menjadi US$72,21 per barel. Lonjakan harga ini mencerminkan optimisme pasar terhadap permintaan bahan bakar yang diharapkan meningkat seiring dengan berakhirnya musim liburan.

 

Salah satu pendorong utama kenaikan harga minyak adalah janji Presiden Xi Jinping dari Tiongkok untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di negara tersebut. Tiongkok, sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, memiliki peran yang sangat penting dalam dinamika permintaan global.

 


BACA JUGA:

Harga Emas Antam Naik Rp 9.000: Kamis, 2 Januari 2025

IHSG Menguat di Awal Tahun 2025

Robert Kiyosaki Ramalkan Harga Bitcoin Sentuh Rp 5,7 Miliar di 2025

Bank Sentral Tekan Harga Minyak: Perketat Kebijakan Moneter


 

Dalam pidato Tahun Baru, Xi Jinping menyampaikan komitmennya untuk menerapkan kebijakan yang lebih proaktif dalam mendukung pertumbuhan pada tahun 2025. Harapan ini disambut positif oleh pasar, yang percaya bahwa langkah-langkah tersebut akan meningkatkan permintaan bahan bakar.

 

Namun, data terbaru menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Tiongkok mengalami stagnasi pada bulan Desember. Meskipun sektor layanan dan konstruksi menunjukkan tanda-tanda pemulihan, perlambatan di sektor manufaktur menunjukkan tantangan yang masih harus dihadapi oleh ekonomi terbesar kedua di dunia ini.

 

Analis pasar, Tony Sycamore dari IG, memperingatkan bahwa pasar mungkin akan menghadapi risiko geopolitik yang lebih tinggi, terutama dengan kepemimpinan baru Donald Trump di AS. Analisis ini menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi Trump yang cepat dapat memengaruhi pasar secara signifikan, termasuk dalam hal tarif dan perang dagang yang berpotensi mengganggu pasokan dan permintaan minyak global.

 

Rilis data PMI Caixin untuk Tiongkok dan manufaktur ISM untuk AS menjadi perhatian utama bagi investor, karena data ini dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah pergerakan harga minyak ke depan.

 

Investor juga menantikan laporan stok minyak mingguan dari Badan Informasi Energi (EIA) AS, yang ditunda hingga Kamis karena liburan Tahun Baru. Diperkirakan bahwa stok minyak mentah dan sulingan AS akan turun, sementara persediaan bensin kemungkinan akan mengalami peningkatan. Data ini akan sangat penting untuk memberikan wawasan mengenai keseimbangan pasokan dan permintaan di pasar.

 

Di sisi lain, proyeksi harga minyak untuk tahun 2025 menunjukkan bahwa harga kemungkinan akan dibatasi mendekati level US$70 per barel, yang merupakan penurunan untuk tahun ketiga berturut-turut. Penurunan ini diakibatkan oleh permintaan Tiongkok yang lemah dan peningkatan pasokan global, yang mengimbangi upaya OPEC+ dalam menopang pasar.

 

Di Eropa, penghentian ekspor gas Rusia melalui jaringan pipa yang melintasi Ukraina pada Hari Tahun Baru telah menjadi sorotan. Meskipun penghentian ini telah lama diprediksi, efeknya terhadap harga konsumen di Uni Eropa tampaknya minimal, karena banyak negara telah menyiapkan pasokan alternatif. Hungaria, misalnya, tetap menerima gas Rusia melalui jaringan pipa TurkStream di bawah Laut Hitam.

 

 


 

KOMENTAR