Harga Minyak Kembali Melemah di Tengah Meningkatnya Tensi Perang Dagang AS-China

Jakarga, Inakoran
Harga minyak kembali melanjutkan tren pelemahan dan diperkirakan turun untuk minggu kedua berturut-turut. Ketegangan perang dagang yang terus memburuk antara Amerika Serikat dan China memicu kekhawatiran akan melemahnya konsumsi minyak global, seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia.
Pada Jumat (11/4) pukul 09.15 WIB, harga minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak pengiriman Juni 2025 tercatat turun sebesar 31 sen atau 0,5% ke level US$ 63,02 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei 2025 juga melemah 36 sen atau 0,6% menjadi US$ 59,71 per barel. Kedua patokan harga tersebut sebelumnya telah ditutup melemah lebih dari US$ 2 pada perdagangan hari Kamis.
Secara mingguan, harga minyak Brent diperkirakan turun 4%, setelah pada minggu sebelumnya mencatat penurunan tajam sebesar 11%. Harga WTI pun diperkirakan melemah 3,8%, melanjutkan koreksi 11% yang terjadi pada pekan sebelumnya.
BACA JUGA:
IHSG Dibuka Melemah 1,17% di Akhir Pekan
Harga Minyak Dunia Turun 1% : Dampak Trump Naikkan Tarif Impor China 125%
Tarif Trump Berpotensi Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Hingga 0,5%
Warren Buffett Tetap Raup Cuan di Tengah Badai Tarif Trump
Kondisi ini dipicu oleh meningkatnya ketegangan dagang antara AS dan China, yang dikhawatirkan akan menekan volume perdagangan global serta mengganggu rantai pasok internasional. Akibatnya, prospek pertumbuhan ekonomi global menjadi suram—sebuah faktor yang sangat memengaruhi permintaan terhadap minyak mentah.
Sebagai dua negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia, penurunan aktivitas ekonomi di AS dan China akan berdampak signifikan terhadap permintaan energi global.
“Harga minyak terus berada di bawah tekanan akibat kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global,” ujar Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ, dalam sebuah catatan pada hari Jumat. Ia menambahkan bahwa jika pertumbuhan ekonomi global turun di bawah 3%, maka konsumsi minyak berpotensi menurun hingga 1%.
Ketegangan memuncak setelah Presiden AS Donald Trump menaikkan tarif terhadap produk China hingga 145% pada hari Kamis, hanya satu hari setelah mengumumkan pelonggaran tarif untuk puluhan mitra dagang lainnya. Sebagai balasan, China pun memberlakukan tarif tambahan terhadap barang-barang dari AS, menaikkan bea masuk menjadi 84%.
Di tengah situasi yang memanas ini, Badan Informasi Energi AS (EIA) turut menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi globalnya. EIA juga memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang dapat menekan harga minyak lebih lanjut, seiring dengan pemangkasan estimasi permintaan minyak baik untuk pasar AS maupun global pada tahun ini dan tahun depan.
KOMENTAR