IKMKJ Apresiasi Kerja Keras KPM Gelar Festival Budaya Manggarai

Sifi Masdi

Wednesday, 28-06-2023 | 10:23 am

MDN
Ketua IKMKJ  Libertus Jehani (kiri) dengan keluarga dan Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM usai Misa Inkulturasi Budaya Manggarai di Anjungan NTT, Taman Mini Jakarta, Sabtu (24/6/2023) [inakoran]

 

 

 

Jakarta, Inako

Ikatan Keluarga Manggarai  Kebon Jeruk   Jakarta  (IKMKJ) memberikan apresiasi dan profesiat kepada pengurus Komunitas Perempuan Manggarai (KPM)   yang telah menginisiasi dan berkomitmen menggelar Festival Budaya Manggarai di panggung yang lebih luas di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.

Hal ini disampaikan Ketua IKMKJ  Pelibertus Jehani, SH, MH, usai pentas budaya Manggarai di Taman Mini, Minggu (25/6/2023).

Liber Jehani (kiri) bersama dengan tamu kehormatan [inakoran]

 

“Gema acara festival budaya Manggarai semakin terasa, apalagi dengan kolaborasi dari berbagai pihak.  Karena itu, hemat saya, KPM telah beperan menjadi siri bongkok (tiang penyangga utama)  untuk merayakan dan melestarikan budaya kita melalui festival budaya ini,” kata pria yang akrab disapa Liber ini kepada inakoran.com.

Festival budaya kali ini mengusung tema “Ca Nai, Ca Manggarai, Tana Kuni Agu Kalo”. Tema ini mengungkapkan bahwa budaya Manggarai merupakan perekat dan menyatukan semua orang Manggarai diaspora di Jabodetabek. Acara ini berlangsung selama dua hari, Sabtu (24/6) dan Minggu (25/6). Acara dimulai dengan talk show tentang budaya dengan menghadirkan  pakar budaya asal Keuskupan Ruteng Manggarai, Romo Dr. Ino Sutam Pr.

Penerimaan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Vinsensius Jemadu (tengah) secara adat Manggarai [inakoran] 

 

Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan festival. Acara ini secara resmi dibuka oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Vinsensius Jemadu.

Selanjutnya pada malam hari diadakan Misa Inkulturasi Budaya Manggarai yang dipimpin oleh Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM dan didampingi tiga imam asal Manggarai. Acara kemudian dilanjutkan dengan pementasan Tarian Rangkuk Alu yang dibawakan oleh para mahasiswi asal Manggarai yang kuliah di Jakarta.

Misa Inkulturasi Budaya yang dipimpin Uskup Bogor, Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM [inakoran]

 

Festival budaya ini mencapai puncaknya dengan pementasan Caci yang diadakan pada Minggu (25/6) dan dihadiri ribuan warga Manggarai diaspora sekitar Jabodetabek.

Acara ini semakin semarak dengan hadirnya Kepala Staf Kepresidenan RI Jenderal (Purn) Dr. Moeldoko yang mewakili pemerintah. Dalam sambutannya, Moeldoko terkesan dengan semangat keberanian dan jiwa patriotik yang ada dalam diri para pemaian caci.

Kepala Staf Kepresidenan RI Jendral (Purn) Moeldoko melakukan Paki Reis pada pertunjukkan caci [inakoran]

 

Warisan Budaya

Terkait dengan kesemarakan festival budaya kali ini, Liber mengatakan bahwa Budaya Manggarai,  termasuk caci di dalamnya, merupakan warisan yang  sangat berguna bagi masyarakat Manggarai.

Tarian Rangkuk Alu yang dibawakan mahasiswi asal Manggarai  yang kuliah di Jakarta [inakoran]

 

“Saya lihat festival ini, selain akan menyatukan kita sebagai orang Manggarai tetapi ini dapat kita kembangkan untuk kemajuam ekonomi. Warisan kita dari para leluhur bukan saja tanah, tetapi juga  kebudayaan  yang tidak akan habis, sepanjang kita kreatif dan terus beradaptasi,” tutur Pengacara dan Konsultan Hukum ini.

Menurut pengacara asal Manggarai Barat ini, eksistensi caci dan  seluruh tatanan sosial  masyarakat Manggarai,  mulai dari kelahiran hingga kematian;  cara pandang tentang semesta,  sesama dan tentang Morin agu Ngaran (Tuhan Allah),  dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, merupakan wahyu bagi orang Manggarai.

Pertunjukan Caci [inakoran]

 

“Karena itu, kita semua dipanggil untuk melestarikan dan mengembangkannya, sehingga generasi muda Manggarai tidak akan  tercabut/terpisah dari akar budaya dan menjadi layu saat menggandrungi kebudayaan lain tanpa menyatu dengan ‘rohnya” tambah Liber.

Ca Manggarai

Sementara Ketua Komunitas Perempuan Manggarai (KPM) Emmiliana mengakui festival budaya Manggarai merupakan salah satu program kerja mereka  sejak  KPM berdiri tahun 2017 lalu.

Ketua Komunitas Perempuan Manggarai Emmiliana [inakoran]

 

Ia mengakui KPM akan menyelenggarakan festival budaya setiap tahun karena mereka mempunyai  tanggung jawab melestarikan nilai-nilai luhur atau kearifan budaya Manggarai.

Emi kemudian memberikan penjelasan terkait makna di balik tema  festival budaya tahun ini, “Ca Nai, Ca Manggarai, Tana Kuni Agu Kalo”.

Menurut Emi, tema ini berangkat dari keprihatinan terkait banyaknya  kelompok orang Manggarai di Jabodetabek dan masing-masing dari mereka berkelompok berdasarkan kecamatan.

 

 

 

Ia mengakui bahwa pengelompokan berdasarkan kecamatan menimbulkan kesan bahwa orang Manggarai diaspora di Jabodetabek seolah-olah  terpecah-pecah, padahal sebenarnya tidak demikian.

“Yang bisa menyatukan orang Manggarai di Jabodetabek adalah budaya. Karena itu budaya adalah perekat. Saya yakin lewat pentas budaya, dalam bentuk pertunjukan caci, Misa inkulturasi, Sanda, Ndanding, Mbata, Tarian rangkuk Alu, serta fashion show kain songke, warga Manggarai di Jabodetabek  kembali menyatu sebagai orang Manggarai,” tegas Emi.


 

 

KOMENTAR