Indonesia Sulit Dapatkan Manfaat Bonus Demografi Karena Lapangan Kerja Minim

Inakoran

Friday, 16-02-2018 | 02:49 am

MDN
Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro [ist]

Jakarta, Inako

Indonesia dinilai sulit mendapatkan manfaat dari bonus demografi karena minimnya lapangan kerja. Keadaan ini dapat menyebabkan masyarakat usia muda menjadi pengangguran, sehingga bonus demografi malah menjadi beban.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan, puncak bonus demografi Indonesia akan terjadi di 2034. Jika bonus demografi bisa dimanfaatkan maka Indonesia bisa keluar jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap.

Menurut Menteri PPN/Bappenas Bambang Brodjonegoro, pada tahun 2034 mendatang akan ada 60 tenaga kerja produktif yang mendukung 100 penduduk sehingga angka ketergantungan penduduk akan berada di bawah 50 sehingga ada kontribusi 0,22% terhadap pertumbuhan ekonomi. Bambang menegaskan bahwa jika ekonomi bisa tumbuh 5% saja setiap tahun hingga 2038, maka Indonesia bisa menjadi high income country.

Sayangnya, menurut Bambang, masih ada masalah saat berbicara bonus demografi. Utamanya persoalan lapangan pekerjaan. "Masih banyak pengangguran usia muda, terutama di perdesaan. Tentu kita tidak ingin bonus demografi, dari bonus menjadi beban (burden)," katanya, Rabu (14/2).

Selain soal lapangan pekerjaan, kata Bambang, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia juga perlu diperbaiki karena berdasarkan standard Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) masih di bawah 70. "Maka baik pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat tetap harus diperbaiki," tambahnya.

Setelah memasuki puncak bonus demografi, kata Bambang, Indonesia mesti siap menghadapi ageing population, yakni jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang membengkak. Diperkirakan pada tahun 2045, Indonesia punya 62 juta penduduk lansia. Padahal, tahun 2015 lalu jumlahnya hanya sekitar 22 juta jiwa

Jika  pertumbuhan ekonomi melambat saat memasuki fase ini, maka Indonesia akan lebih sulit keluar dari middle income trap. Oleh karena itulah dengan jumlah penduduk usia produktif yang besar, Indonesia punya momentum mendorong pertumbuhan ekonomi.

Bambang menambahkan bahwa saat ini China sudah memasuki ageing population yang menyebabkan ekonominya mengalami moderasi. Hal ini juga dialami Jepang dan Korea Selatan. Padahal mereka merupakan raja pertumbuhan saat mengalami bonus demografi.

 

KOMENTAR