Ini 6 Negara yang Alami Pukulan  Berat Akibat Perang Dagang

Sifi Masdi

Monday, 18-11-2019 | 18:13 pm

MDN
Ilustrasi perang dagang [ist]

Jakarta, Inako

Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dan China berdampak pada perlambatan ekonomi global. Hampir 90 persen kawasan di dunia mengalami dampak perang dagang yang tercemin pada catatan pertumbuhan ekonomi yang makin melorot.

Perlambatan itu menyebabkan IMF  memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2019 menjadi 3% di Oktober lalu, dari sebelumnya 3,3% di April dan 3,5% di Januari.

Perang dagang menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kestidakstabilan, yang menekan ekspor dan manufaktur sejumlah negara.

Prediksi IMF ini bukan isapan jempol semata. Banyak negara memang menunjukkan penurunan produk domestik bruto (PDB) di sepanjang kuartal III-2019 ini.

Berikut ini beberapa negara yang mengalami dampak langsung perang dagang.

1. Jepang

Jepang mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2019 sebesar 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Angka ini lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang tercatat 1,8% dan ini juga pertumbuhan terlemah sejak kuartal III-2018.

Pelaku pasar merespons rilis data ini dengan negatif. Maklum, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III-2019 di 0,8%.

"Permintaan domestik bisa menutup perlambatan di sisi eksternal. Namun ini tidak bisa terus diharapkan. Oleh karena itu, sepertinya ekonomi kuartal IV-2019 akan mengalami kontraksi," tegas Taro Saito, Executive Research Fellow di NLI Research Institute, seperti dikutip dari Reuters.

2. China

Penjualan ritel pada Oktober tumbuh 7,2% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 7,8% YoY dan menjadi laju terlemah sejak April.

Kemudian output industrial China pada Oktober naik 4,7% YoY. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,8% YoY dan di jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun Reuters yaitu 5,4%.

China disebut tengah menghadapi situasi ekonomi yang kompleks, dengan tekanan penurunan di dalam negerinya. Para analis memberi peringatan ekonomi China bisa menghadapi kondisi terparah dalam tiga dekade terakhir.

"Pelemahan lanjutan bisa terjadi lagi," kata Martin Lynge Rasmussen dari Capital Economics. Dia berharap ada kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut di China.

3. Jerman

Ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,1% di kuartal III-2019 dibandingkan kuartal II-2019 (quarter to quarter/qtq). Sementara dibandingkan kuartal III-2018 (year on year/YoY), ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,5%.

Sebelumnya hasil survei Reuters menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi atau negatif 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya, sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya.

"Kita tidak mengalami resesi teknikal, tapi angka pertumbuhan masih lemah" kata Menteri Ekonomi Jerman Peter Altmaier, sebagaimana dilansir Reuters.

4. Inggris

PDB Inggris di kuartal III-2019 hanya tumbuh 0,3%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Inggris berkontraksi 0,2%.

Meski demikian, jika dibanding dengan kuartal III-2018 (year-on-year/YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.

Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus dan turun 1,8% dari September 2019. Hasil ini jauh lebih buruk dari proyeksi konsensus yang dihimpun oleh Reuters.

5. Malaysia

Ekonomi Malaysia tumbuh 4,4% pada kuartal III 2019 secara tahunan atau year on year (YoY). Angka ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam setahun terakhir ini, kata bank sentral Malaysia.

Penyebab perlambatan di antaranya adalah melemahnya ekspor sebagai dampak dari perang dagang berkepanjangan antara AS dengan China.

Angka pertumbuhan 4,4% itu sesuai dengan proyeksi analis yang disurvei Reuters. Namun, angka itu turun dari pertumbuhan 4,9% di kuartal kedua.

6. Hong Kong

Meski bukan negara dan bagian dari China, Hong Kong memiliki sistem sendiri yang mengatur perekonomian.

Walaupun kota ini tertekan ekonominya karena demo yang terus terjadi, ternyata perang dagang juga memberi pengaruh pada melemahnya ekonomi pusat keuangan dunia itu.

Selama kuartal III-2019 ini, PDB Hong Kong tercatat 3,2%. Sebelumnya di kuartal II-2019, ekonomi Hong Kong turun -0,4%.Hingga akhir 2019 nanti, PDB diprediksi akan jatuh ke 1,3% di 2019. Sebelum demonstrasi pecah di Agustus, pemerintah masih optimis PDB bisa mencapai 2 hingga 3% di sepanjang 2019.

 

KOMENTAR