Investor Asing Lakukan Jual Bersih  di Pasar Saham Senilai Rp 17,19 Triliun

Sifi Masdi

Friday, 26-04-2024 | 14:09 pm

MDN
Pergerakan saham Bank BRI hari ini (26/4/2024) [inakoran]

 

 

 

Jakarta, Inakoran

 

Dalam satu bulan perdagangan terakhir, pasar saham Indonesia mengalami tekanan cukup besar. Investor asing mencatatkan jual bersih atau net sell sebesar Rp17,19 triliun. Hal ini dipicu oleh ekspektasi suku bunga yang tinggi dan penguatan dolar AS.


Data dari RTI Business menunjukkan bahwa investor asing melakukan penjualan bersih sebesar Rp17,19 triliun dalam periode satu bulan perdagangan. Penjualan ini terjadi di pasar reguler sebesar Rp 13,83 triliun dan di pasar tunai dan negosiasi sebesar Rp 3,36 triliun.

 

BACA JUGA: Rupiah Tertekan, Bertahan di Posisi Rp 16.211/US$

 

Beberapa saham yang dilepas oleh investor asing antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dan PT Astra International Tbk. (ASII).

 

 

 

Menurut Bloomberg, investor asing telah menjual saham-saham Indonesia selama 15 hari berturut-turut. Ini merupakan periode terpanjang sejak Januari 2023. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi periode yang lebih lama dengan suku bunga yang lebih tinggi dan dolar AS yang lebih kuat.

 

Dana global telah melepas saham-saham Indonesia senilai US$ 814,5 juta secara bersih bulan ini. Pasar-pasar Asia Tenggara lainnya, termasuk Malaysia, Vietnam, dan Filipina, juga telah melihat penarikan dana oleh investor asing pada bulan April.

 

BACA JUGA:  Rekomendasi Saham Pilihan: Jumat, 26 April 2024

 

Alan Richardson, Manajer Dana di Samsung Asset Management Co., menyebutkan bahwa arus keluar modal meningkat karena pergeseran tiba-tiba dalam ekspektasi suku bunga. Hal ini diperparah oleh risiko geopolitik yang meningkat di Timur Tengah.

 

“Kombinasi dolar AS yang lebih kuat, imbal hasil obligasi yang lebih tinggi, penyebaran kredit yang melebar, dan volatilitas ekuitas yang lebih tinggi telah meningkatkan ketidaknyamanan risiko terhadap saham,” kata dia.

 

Bank Indonesia juga menunda awal kebijakan moneter yang lebih longgar pada hari Rabu sebagian karena ketidakpastian seputar prospek suku bunga Federal Reserve. Hal ini memungkinkan Bank Indonesia untuk membantu menstabilkan rupiah, yang menjadi salah satu yang paling terdampak di Asia pada bulan April. Rupiah memperpanjang penurunannya terhadap dolar AS ke level terendah dalam empat tahun setelah melemah sekitar 1,9%.

 

BACA JUGA:   Harga Emas Antam Hari Ini Stagnan di Level Rp1.319.000 per Gram

 

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyebutkan bahwa tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan.

 

Akibatnya, investor global memindahkan portfolionya ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar AS dan emas, sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar.

 

Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia.


 

KOMENTAR