Israel Serang Kilang Minyak Iran: Pasokan Minyak Dunia Terancam Kacau?

Sifi Masdi

Friday, 11-10-2024 | 15:12 pm

MDN
Kilang minyak Iran [ist]


 

 

 

Jakarta, Inakoran

Ketegangan di Timur Tengah semakin memanas setelah kabar bahwa Israel berencana menyerang kilang minyak Iran yang berpusat di Pulau Kharg, Iran bagian barat daya.  

 

Langkah ini memicu kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak dunia, terutama di tengah negara-negara Teluk yang mulai melobi Amerika Serikat (AS) untuk mencegah serangan tersebut. Dengan situasi yang semakin kompleks, banyak pihak mulai mempertanyakan apakah dunia akan menghadapi krisis minyak besar-besaran jika konflik ini meletus.

 

Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Qatar, dilaporkan sedang melakukan lobi intensif terhadap AS untuk menghentikan rencana serangan Israel. Mereka khawatir bahwa jika serangan terjadi, fasilitas minyak di negara masing-masing bisa menjadi sasaran serangan balasan oleh proksi Iran. Hal ini membuat mereka tidak hanya khawatir tentang dampak langsung pada ekonomi, tetapi juga terhadap stabilitas kawasan.

 

Ketiga negara tersebut menolak untuk mengizinkan Israel menggunakan wilayah udara mereka untuk serangan apa pun terhadap Iran. Langkah ini mencerminkan keinginan kuat negara-negara Teluk untuk menghindari keterlibatan dalam konflik yang bisa mengancam infrastruktur energi mereka. Arab Saudi, sebagai pengekspor minyak terbesar dunia, bersama negara-negara penghasil minyak lainnya seperti UEA, Qatar, Kuwait, Oman, dan Bahrain, sangat berupaya untuk meredakan situasi demi menjaga stabilitas pasokan minyak global.

 


 

BACA JUGA:

Pergerakan Saham Sido Muncul di Semester II-2024: Tolak Angin Jadi Andalan

Harga Minyak Dunia Menuju US$ 80 per Barel

Harga Minyak Menguat Tipis di Tengah Potensi Eskalasi Konflik Israel-Iran

Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Isu  Gencatan Senjata Israel-Hizbullah

 


 

Lonjakan Harga Minyak

Jika serangan Israel terhadap kilang minyak Iran benar-benar terjadi, dampaknya akan terasa di seluruh dunia, terutama di pasar minyak. China, sebagai salah satu konsumen utama minyak Iran, kemungkinan akan terdampak secara langsung. Selain itu, lonjakan harga minyak menjadi kekhawatiran utama bagi AS, terutama menjelang pemilihan presiden pada 5 November 2024 antara Kamala Harris dan Donald Trump.

 

Analis memprediksi bahwa harga minyak bisa melambung hingga US$120 per barel, yang tentu saja akan menekan ekonomi AS. Kenaikan harga minyak akan menambah beban inflasi, dan hal ini dapat memengaruhi peluang Harris dalam pemilu. Karena itu, ada kemungkinan besar bahwa AS akan melakukan intervensi untuk mencegah eskalasi konflik minyak yang dapat mengancam ekonomi global.

 

Pendekatan Diplomatik

Meskipun negara-negara Teluk memiliki sistem pertahanan rudal dan Patriot yang canggih, mereka tetap melihat pendekatan diplomatik sebagai solusi utama untuk menjaga stabilitas. Negara-negara Teluk berusaha memberi isyarat kepada Iran bahwa mereka tidak berniat menimbulkan ancaman, dengan harapan bahwa Tehran tidak akan membalas serangan Israel dengan menyerang fasilitas minyak Teluk.

 

Salah satu sumber menyebutkan bahwa menjaga keamanan semua instalasi minyak merupakan tantangan besar, sehingga solusi diplomatik dianggap lebih efektif daripada mengandalkan kekuatan militer sepenuhnya. Pejabat Teluk telah menghubungi AS untuk menyampaikan kekhawatiran mereka tentang kemungkinan balasan Iran dan dampaknya terhadap pasokan minyak dunia.

 

 

 

 

Ancaman Konflik yang Meluas

Situasi ini semakin rumit setelah peringatan dari Iran kepada Arab Saudi bahwa mereka tidak dapat menjamin keamanan fasilitas minyak Teluk jika serangan Israel terjadi. Iran juga memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap infrastruktur minyak mereka akan dihadapi dengan pembalasan yang keras, meningkatkan potensi konflik regional yang lebih luas.

 

Israel telah menyatakan bahwa mereka akan membalas setiap serangan rudal dari Iran, sementara Teheran menyebutkan bahwa setiap balasan dari mereka akan melibatkan "kehancuran besar." Kondisi ini membuat dunia semakin waspada akan kemungkinan terjadinya perang yang lebih luas di kawasan Timur Tengah, yang bisa menyeret AS ke dalam konflik tersebut. 

 

Jika konflik ini benar-benar memengaruhi pasokan minyak Iran, pasar minyak dunia akan menghadapi ketidakstabilan yang signifikan. Iran merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar, dan setiap gangguan terhadap produksi atau distribusi minyaknya bisa menyebabkan harga minyak melonjak drastis. Selain itu, negara-negara Teluk yang merupakan pengekspor utama minyak dunia juga rentan terhadap serangan balasan dari Iran, yang berpotensi memicu krisis energi global.

 

Sementara itu, upaya diplomatik negara-negara Teluk untuk meredakan situasi menjadi kunci penting dalam menghindari krisis minyak yang lebih besar. AS juga kemungkinan akan berperan besar dalam menjaga stabilitas kawasan, mengingat dampak serius yang bisa ditimbulkan oleh konflik ini terhadap ekonomi global.

 

 

 

KOMENTAR